Faye menyuruh salah satu anak buah menembakkan flare ke langit, memberi isyarat kepada kapal Folk bahwa mereka sudah selesai membereskan musuh. Sang Kapten lalu mengembalikan kemudi kapal kepada Lux dan bergegas kembali ke ruang kendali.
Yoko mengikuti tunangannya itu dari belakang. Entah kenapa suasana hati kapten itu terlihat tidak terlalu baik saat ini. Gadis itu sampai kesulitan mengimbangi langkah Faye yang lebar.
"Ada apa?" tanya Yoko untuk kesekian kalinya.
"Aku mau muntah," jawab Faye.
Begitu mereka tiba di ruang kendali, Faye segera mengambil ember yang selalu disiapkan Ice sebagai tempatnya untuk muntah. Tanpa sempat menarik napas, isi perut Sang Kapten berhamburan keluar.
"HOEKKK,"
"Hoekkk,"
Yoko segera menarik rambut Faye ke belakang agar tidak terkena muntahan. Dia tidak mengira bahwa Faye akan muntah, karena sedari tadi wanita itu tidak menunjukkan gejala apapun.
Sang Tuan Puteri menepuk-nepuk punggung tunangannya itu pelan, berusaha untuk membantu meredam rasa mualnya.
"Dia pasti sudah menahan rasa mualnya sejak tadi..." gumam Yoko dalam hati.
Setelah isi perutnya habis dimuntahkan, Faye jatuh terduduk di lantai. Tubuhnya lemas dan basah, entah karena tersiram air laut tadi atau karena keringat dingin yang bercucuran.
"Kau mau istirahat di kamar?" tanya Yoko, menyingkirkan ember berisi muntahan Faye ke sudut ruangan.
Faye menggeleng dan meminta Yoko untuk membantu dirinya bangkit. Dengan susah payah gadis itu membopong tubuh tunangannya yang cukup berat itu untuk duduk di kursi kapten miliknya.
Faye terduduk lemas, pandangannya mengarah ke depan seperti sedang menanti sesuatu.
"Aku ambil baju ganti dulu ya," ucap Yoko lalu beranjak pergi meninggalkan Sang Kapten.
Namun Faye menahan tangannya dan menggeleng.
"Tetaplah di sini," pintanya.
"Aku akan segera kembali. Baju mu sangat basah, nanti kau masu-"
Belum pernah Yoko melihat Faye memasang wajah memohon seperti ini. Meskipun tidak mengatakannya secara langsung, Yoko bisa merasakan bahwa Faye benar-benar tidak ingin ditinggal sendirian saat ini. Kenapa tunangannya itu terlihat ketakutan? Bukankah mereka sudah mengalahkan musuh?
"Baiklah. Aku tidak akan pergi kemana-mana," ucap Yoko.
Gadis itu kemudian duduk di sandaran lengan kursi yang sedang diduduki Faye, manarik kepala Sang Kapten ke dalam pelukannya. Faye membalas tindakan Yoko itu dengan memeluk pinggangnya dengan tangan kanan sedangkan tangan yang satunya mengepal erat.
Beberapa waktu berlalu dalam keheningan, hanya terdengar suara para anak buah yang sedang bercengkerama di dek kapal. Tawa mereka yang menggelegar itu sangat kontras dengan keadaan di dalam ruang kendali yang terasa sangat suram.
"Sudah setengah jam berlalu," ucap Faye memecah keheningan.
"Hmm..." Yoko mengelus lembut wajah tunangannya itu dengan ibu jarinya.
"Dan aku belum melihat sinyal apapun dari Ice atau Kun,"
Yoko seketika menghentikan gerakan tangannya. Apa yang sedang Faye ingin sampaikan? Firasat Yoko tiba-tiba memberikan sinyal buruk.
"Mereka seharusnya bertemu dengan para musuh lebih dulu daripada kita,"
"Dan seharusnya pertarungan mereka sudah selesai sekarang,"
![](https://img.wattpad.com/cover/369668821-288-k7896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanfictionOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!