Peperangan

1.2K 168 51
                                    

Malam keempat pelayaran mereka menuju Kerajaan Bajak Laut, Faye mengumpulkan Lingling, Folk dan Lux di ruang kendali kapal. Jika dilihat dari perhitungan Sang Kapten, maka sebelum tengah malam mereka akan tiba di wilayah perairan milik Kerajaan Bajak Laut.

"Aku mengumpulkan kita semua di sini untuk memastikan bahwa kita sudah paham tentang apa yang akan kita lakukan malam ini," ucap Faye membuka suara.

"Lux, posisi mu ada di crow's nest kapal utama dan bertugas menyampaikan perintah dariku kepada nahkoda di tiap kapal dagang,"

"Siap Kapten!"

"Folk, tugas mu adalah menemani Lingling sebagai penasihat. Dia tidak terlalu paham tentang pelayaran, jadi kau akan memberikan pertimbangan untuknya sebelum mengeluarkan perintah,"

"Baik Kapten!"

"Lingling akan menjadi pemimpin utama yang mengatur pergerakan perahu-perahu kecil. Aku yakin seorang grand master seperti mu sangat ahli dalam mengatur strategi peperangan,"

"Apa kau yakin? Aku belum pernah melakukan peperangan di laut sebelumnya," ucap Sang Kesatria dengan ragu.

Lingling tidak bisa menerima tugas sepenting itu begitu saja, karena dia tau bahwa nyawa para anak buahnya bergantung pada setiap perintah yang akan dia keluarkan. Jika mereka sedang bertempur di daratan, tentu dia merasa percaya diri akan kemampuannya. Namun kali ini pertempuran akan berlangsung di atas lautan yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya.

"Tidak apa-apa. Ada Folk yang akan mendampingi mu. Lagipula setiap perahu akan dikemudikan oleh para anak buah ku yang sudah terlatih,"

"Anggap saja kau sedang memimpin pasukan berkuda di medan pertempuran, Ling. Tidak jauh berbeda dari itu," ucap Faye berusaha meyakinkan Lingling yang masih terlihat ragu.

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan berusaha dengan mempertaruhkan hidup ku" ucap Lingling, wajahnya yang tegas kembali.

Faye mengangguk lalu menatap satu-persatu orang yang ada di sana. Dia memandang wajah teman-temannya dan memahatnya di dalam ingatan. Berjaga-jaga jika ternyata ini adalah pertemuan mereka yang terakhir. 

"Bagaimana dengan ku? Apa yang harus ku lakukan, Kapten?" tanya Yoko yang berdiri di sebelahnya sambil mengangkat tangan dengan penuh semangat.

Faye melemparkan pandangan ke arah tunangannya. Dia lalu mencubit ujung hidung gadis itu dengan gemas.

"Anda cukup berdiri di sebelah saya dan menikmati pertarungan kami, Yang Mulia," ucap Faye sambil terkekeh.

"Siap laksanakan, Kapten!" ucap Yoko sambil memberi hormat kepada Faye.

Semua orang yang ada di sana tersenyum melihat tingkah laku Yoko. Senyuman itu sangat kontras dengan keadaan dan kondisi mereka saat ini. Bisa-bisanya gadis itu tersenyum lebar padahal sebentar lagi mereka akan bertarung dan bertaruh nyawa.

"Kalau begitu, mari kita mulai," ucap Faye.

Mereka pun keluar menuju ke dek kapal. Namun di tengah lorong, Faye menarik lengan Lingling dan mengajak Sang Kesatria masuk ke dalam sebuah ruangan tanpa ada satupun yang menyadari nya.

"Folk, kau harus kembali dengan selamat," ucap Lux sambil menyenggol lengan pemuda yang berjalan di sebelahnya.

"Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan Kapten kerepotan karena ulah mu, Kak,"

"Apa maksudmu? Aku tidak pernah membuat dia kerepotan, ya!" sergah Lux, mengapit leher Folk dengan lengannya hingga pemuda itu kesulitan untuk bernapas.

"Ampun! Ampun, Kak!" Folk menepuk-nepuk lengan Lux, meminta wanita itu untuk melepaskan lehernya.

"Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi kau harus kembali dalam keadaan hidup. Tidak masalah jika kau kehilangan satu mata atau satu lengan," ucap Lux, akhirnya melepaskan Folk dari kukungannya.

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang