Ruang makan terasa sangat hening. Suara-suara yang terdengar hanya berasal dari dentingan antara sendok garpu dengan piring atau suara gelas yang diletakkan kembali ke atas meja. Sesekali juga terdengar suara desisan yang tak sengaja keluar dari mulut beberapa orang wanita yang ada di sana, seraya mengganti posisi duduk mereka.
Faye selalu dengan cepat melemparkan pandangannya ke arah datangnya suara desisan itu, menatap mereka dengan tatapan penuh curiga. Kecurigaan nya itu kian bertambah saat melihat Lingling berusaha keras menutupi lehernya dengan kerah baju kemejanya.
"Kalian kenapa?" tanya Faye, tidak tahan bisa lagi menahan rasa ingin tahunya.
Freen, Lingling dan Ice tersentak di tempat masing-masing saat mendengar pertanyaan polos dari Sang Kapten. Mereka bertiga seketika menjadi sangat canggung dan tidak ada seorang pun yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaan itu.
Merasa diacuhkan, Faye mengalihkan pandangannya kepada Marissa, Becky dan Orm secara bergantian. Dia mengangkat kedua alisnya, seolah-olah melemparkan pertanyaannya tadi kepada mereka. Namun sama seperti ketiga orang sebelumnya, para gadis itu juga menolak untuk menjawab. Alih-alih menjawab, Marissa justru mengalihkan topik pembicaraan.
"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Pearl meskipun tidak ada lagi yang mau dikunjungi?" tanya Sang Dokter cantik itu.
"Tentu saja. Sebenarnya masih ada beberapa orang yang perlu kita kunjungi di sana," jawab Ice sambil mengunyah makanannya.
"Beberapa orang?" tanya Becky.
"Ya. Nanti juga kalian tau," jawab Ice singkat.
"Oh... jadi kalian masih menyimpan rahasia dari kami?" tanya Orm lembut, menatap Lingling yang duduk di sebelahnya.
"Ti-tidak sayang... hanya saja ini memang sudah menjadi bagian dari rencana kami sebelumnya. Perjalanan kali ini memang bermaksud untuk menjumpai orang-orang itu," jawab Lingling, dahinya seketika dipenuhi dengan keringat dingin. Sang Kesatria melirik ke arah Lux, meminta support.
"Benar! Kami sudah menyiapkan kejutan untuk kalian heheh..." ucap Lux sambil tersenyum lebar.
"Kejutan? Apakah ada kejutan yang lebih mengejutkan daripada melihat orang yang sudah mati tiba-tiba hidup kembali?" tanya Marissa sambil menatap tajam Ice, tunangannya.
Faye tersedak mendengar pertanyaan dari wanita yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri itu. Sebongkah keju tidak sengaja masuk ke saluran pernapasannya dan membuat dia kesulitan untuk bernapas. Yoko dengan sigap membantu Sang Kapten dengan menepuk-nepuk punggung nya. Untunglah, setelah beberapa kali di tepuk dengan 'pelan', bongkahan keju itu berhasil keluar dari lubang hidung Faye yang mancung.
"Kau tidak apa-apa, Kak?" tanya Ice, menghampiri Sang Kapten sambil membawa sebuah sapu tangan.
"Ini minum dulu, Kak," ucap Freen sambil memberikan segelas air putih.
"Kalau tersedak, orang lebih membutuhkan minum daripada sapu tangan," cibir Freen kepada Ice.
"Déjà vu!" ucap Lingling dalam hati.
Setelah sarapan selesai, mereka semua berkumpul di ruang kendali untuk berbincang-bincang. Ah, betapa Faye sangat merindukan momen seperti ini.
"Jadi, kemana saja kalian pergi selama enam tahun ini?" tanya Yoko, menarik sebuah kursi kayu untuk dia duduki.
"Kalau aku dan Kak Lux, pergi ke banyak tempat untuk mengumpulkan kekuatan sambil melanjutkan bisnis yang ditinggalkan Kak Faye," jawab Freen, menyandarkan tubuhnya di dinding yang dekat dengan jendela.
"Yah, kalau perjalanan kalian sih aku sudah tau. Kalian kan menjadikan Pulau Sand sebagai markas utama," ucap Yoko.
"Yang aku maksud itu Faye dan Kak Ice. Kemana saja kalian selama enam tahun ini?" tanya Sang Tuan Puteri sekali lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/369668821-288-k7896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanfictionOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!