•••
Minggu terakhir liburan akhir semester, Sena habiskan untuk memperbaiki hubungannya dengan Sean. Mulai dari sarapan, olahraga ditaman, hingga menonton Tv dilakukannya bersama Sean. Mengisi waktu liburnya dengan aktivitas positif lainnya. Walaupun hanya suara Sena yang mendominasi disetiap pembicaraan. Hubungan mereka sedikit demi sedikit mulai membaik.
Satu hari sebelum sekolah dimulai, tepatnya hari ini Sena berniat mengambil sepatu pesanannya untuk ia pakai ke sekolah. Efek dari ingatan masa depan dan kedewasaan dalam dirinya, membuat selera fashion Sena berbeda dengan seleranya dimasa ini. Rasanya agak canggung mengenakan style dari tiga tahun lalu, yang mana Sena merupakan orang update tentang trend. Dan hal itulah membuatnya agak susah menemukan barang yang sesuai dengan seleranya.
Sebetulnya kemarin, Sena dan Sean sudah pergi ke pusat perbelanjaan. Membeli perlengkapan sekolah baru dan beberapa barang kebutuhan Sena, sekaligus menjernihkan pikiran dengan bersantai di cafe. Satu hari penuh mereka habiskan untuk membangun hubungan kakak dan adik yang lebih baik.
Akan tetapi Sena tak menemukan salah satu barang yang ia mau, pegawai tokopun menyarankan untuk datang lagi nanti. Dan ya, hari ini lah Sena akan mengambil sepatu yang ia inginkan.
"Gak! gak boleh!" larang Sena, melihat Sean bangkit dari tempat tidurnya.
Wajah pucat memerah pemuda itu membuat Sena khawatir. Menahan bahu lebar Sean agar tetap berbaring diranjang. "Kakak pergi sendiri aja, kamu mending istirahat."
Tuturnya mengetahui niat Sean ingin mengantarnya ke toko sepatu kemarin. Sena sih setuju-setuju saja Sean mengantarnya, tapi masalahnya Sean sedang sakit sekarang.
Sepertinya karena hujan kemarin. "Lagian kamu sih, segala mayungin kakak pake jaket kamu. Tapi kamunya malah kebasahan, jadi sakit kan~" omel Sena lembut.
"Lain kali, kamu juga harus mikirin kesehatan diri sendiri dulu ... baru orang lain." petuah lama keluar dari bibir gadis remaja itu. Melotot kearah adiknya memberikan nasehat yang bermanfaat.
Menyentuh Kening hangat Sean, Sena kembali meletakan kain didahi adiknya, supaya suhu tubuh pemuda itu menurun.
"Kamu diem di rumah aja, istirahat. Tapi jangan langsung tidur dulu ... Tunggu sebentar supaya makanannya kecerna, habis itu boleh tidur-"
"Kakak cuma mau ambil sepatu pesenan, sekalian beli obat buat kamu." tambah gadis cantik itu menyelimuti Sean dengan hati-hati.
"Satu lagi! jangan coba-coba buat bangun dari kasur, apalagi berdiri! Orang sakit itu harus tiduran. Istirahat. Oke?"
Jari jempol dan telunjuk Sean bertemu menunjukannya pada Sena. Diikuti dengan sikap hormat pada sang bendera pusaka. Menatap patuh pada Sena.
Melihat tingkah lucu adiknya Sena memekik gemas. Melihat cowok cool bertinggkah itu, damage yang diberikan membuat Sena kehabisan kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄
FantasyThe End of The Pain. Dari sekian banyaknya waktu dan masa yang telah Sena lalui. Setelah berulang kali terjebak digaris waktu yang sama. Ia ingat semua dan Sena melakukan usaha terakhirnya. Mungkin memang takdirnya bukan untuk Asher. Sena memilih...