11

2.9K 262 19
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Leon ... Ada yang mau aku bicarain sama kamu." Sena meletakan garpu dan sendoknya selesai makan malam.

"Ya? Tentang apa, Sena?" Tangan Leon terulur mengelap ujung bibir Sena iniyang tertinggal noda saus. "Kayanya agak serius ya ...?"

Tisu bekas mengelap bibir Sena, Leon gunakan kembali untuk mengelap bibirnya. Tersenyum polos tak berdosa kearah Sena.

Sena menegguk ludahnya gugup. Padahal ia sudah merangkai kata-kata sedemikian rupa tadi. Tapi perbuatan Leon membuat otak Sena blank dan kosong.

"I-iya, Leon. A-aku punya sesuatu yang harus aku bicarain." Ulang Sena, melampirkan anak rambutnya kebelakang telinga.

Memilin jarinya, mencoba mengingat untaian yang sudah ia lupakan. Leon yang duduk dihadapan Sena memangku dagunya menatap dalam.

"Ini nggak mudah bagi aku, tapi aku pikir kita perlu bicara tentang hubungan kita." Sena memulai pembicaraannya.

"Hum?" Raut tenang Leon retak, ada garis ketidak nyamanan diwajahnya.

"Emang kenapa sama hubungan kita bukannya baik-baik aja ya? Apa ada masalah?" Nada Leon tenang tapi cepat.

"Semoga gak ada masalah serius ya?" Posisi tangan pemuda itu berubah menjadi serius. Berharap yang ia pikirkan tidak benar.

"Bukan masalah besar ... Tapi aku pikir kita harus jujur satu sama lain. Aku ngerasa kita mungkin sebaiknya ... batalin pertunangan kita."

"..." Gerakan Leon terhenti, ia menatap selidik Sena.

"Aku gak ngerti maksud omongan kamu Sena. Aku nggak tau kita bakal berbicara tentang ini sekarang." Leon kira Sena mengajaknya makan malam, murni karena gadis itu ingin makan berdua dengannya. Itulah mengapa ia berpenampilan sebaik mungkin. Tapi apa ini?

"Hubungan kita baik, aku juga udah mulai nerima kamu, tapi kenapa ... Tiba-tiba-Apa alasannya?"

Nerima? Sena dibuat kaget. Leon mulai menerimanya? Kenapa? Bukannya dulu Leon ... membenci pertunangan ini?

"Apa aku kurang perhatian? Aku kurang baik?" Ujar Leon lembut. "Kamu bilang, aku kurang apa? ... nanti aku perbaikin diri aku."

"Bukan karena sesuatu yang spesifik ..." Ucap Sena menggantung menjadi ragu.

"Aku cuma ngerasa ... bahwa mungkin kita berdua belum siap untuk melangkah lebih jauh ke depan." Sena menunduk tak berani menatap Leon.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang