⚠️Warning : there are scenes of violence, beatings, harsh words, harassment, etc⚠️
•••
Kepala Sena serasa akan meledak, amarahnya sudah sampai keubun-ubun. Terengah-engah setelah berlari menuju kamar Sean. Matanya memerah dengan emosi yang tercampur ketika melihat Sean tergeletak di pojok ruangan meringkuk dipukuli berulang kali dengan gagang lampu tidur yang sudah tak terbentuk.
"ANAK SIALAN! GARA-GARA KAMU! AKIBAT ULAH KAMU DULU! INVESTOR SAYA PADA KABUR!!!" pukulan dan tendangan terus diterima Sean dari pria paruh baya itu.
"BERHENTI-!!" teriak Sena nyaring hingga tenggorokannya terasa sakit. Urat amarahpun terlihat dileher dan keningnya. Air mata sudah menumpuk tapi emosinya tak kunjung surut.
"BOCAH SIALAN, GAK GUNA!" abai dengan teriakan Sena, Hans masih lanjut memukuli putra kandungnya yang dia anggap anak sialan.
"BERHENTI BAJINGAN!" Ulang Sena menggelegar berlari kearah manusia biadab didepannya.
Pria itu hanya menoleh sekilas dan melanjutkan aksi bejat, yaitu memukuli anak sialan itu.
"AKU BILANG BERHENTI! BERHENTI!" tutur Sena menahan tangan Hans menjerit. Kebencian kental tersorot dimatanya.
Hans berdecak kesal karena kesenangannya diganggu. Membuang gagang lampu tak berbentuk itu. Melihat siapa yang berani mengganggunya.
"HAHAHA-WAHHH! Hei bocah sialan! Lihat siapa yang datang." Bau alkohol menyerbak kehidung Sena kala papanya berbicara. Berbicara pada tubuh lemas tak berdaya Sean.
Pria itu tertawa melantur dibawah pengaruh alkohol. Kemeja putih yang ia kenakan terciprat darah Sean lumayan banyak. Membuat Sena kian benci pada sosok didepannya.
Berniat kembali menghantam Sean.
"PAPA!" Bisa-bisanya Sena menyebut Pria biadab seperti Hans dengan sebutan seorang papa.
"BERHENTI!!! ATAU AKU PANGGIL POLISI!"
Ya, hanya ancaman yang bisa Sena lakukan.
Sekuat apapun mental Sena. Kenyataan bahwa dia perempuan dan tenaganya tak pernah bisa menyamai Hans, membuat Sena hanya mampu mengancam. Sama seperti dulu dan sekarang. Ketika dipukuli ia hanya bisa berteriak sebagai perlawanan.
"Bocah bodoh lainnya!" Menghempas lengan Sena yang ada ditangannya. Menatap bengis putri semata wayang, mencengkram kedua pipi Sena.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄
FantasyThe End of The Pain. Dari sekian banyaknya waktu dan masa yang telah Sena lalui. Setelah berulang kali terjebak digaris waktu yang sama. Ia ingat semua dan Sena melakukan usaha terakhirnya. Mungkin memang takdirnya bukan untuk Asher. Sena memilih...