24

1.4K 143 9
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

DUMG!

BRAK!

Suara dentuman keras berasal dari ujung lorong mengagetkan Sena. "Ash? Kamu kah itu?"

"JANGAN KESINI!!!" Suara berat lantang itu membuat dada Sena berdetak kencang. Adrenalinnya terpacu menimbulkan kepanikan dan ketakutan yang dominan.

"ASH?!"

Sena berlari cepat kearah sumber suara. Matanya melotot melihat Asher sedang berkelahi dengan pria bebadan besar.

Di sudut perpustakaan yang biasanya tenang dan damai, suasana berubah menjadi chaos saat dua pria terlibat dalam perkelahian sengit. Kedua pria ini, memiliki postur tubuh yang berbeda sangat jauh.

Pria berbadan besar dengan tinggi dua meter menjulang terlihat menakutkan, mengenakan setelan petugas kebersihan sekolah.

Sena yakin pasti orang ini adalah pembunuh lainnya. Karena ia belum pernah melihat petugas kebersihan sebesar dan semenakutkan itu disekolahnya.

"Gue bilang jangan kesini!"

Pria besar itu berhadapan dengan Asher satu sama lain di antara rak-rak buku yang tinggi. Cahaya lampu neon di langit-langit berpendar dengan warna dingin, menerangi pemandangan kekacauan yang tengah berlangsung.

Si pembunuh mengeluarkan pukulan pertama dengan tangan kanan yang kuat. Pukulan itu mengenai perut Asher dengan tatapan marah, terhuyung mundur, namun cepat mengembalikan posisi tubuhnya dan memukul balik dengan kekuatan yang sama.

Selama perkelahian, berbagai barang di sekitar mereka menjadi korban. Meja-meja perpustakaan yang kokoh tergores dan patah, kursi-kursi terbalik, dan lampu-lampu terguncang, membuat suasana semakin kacau. Rak buku yang tidak sengaja tersenggol, menyebabkan tumpukan buku jatuh berhamburan ke lantai, menambah kekacauan visual di sekitar.

Ada kala dimana postur tubuh besar itu memiliki keuntungan membuat Asher terhuyung dan dibanting ke ujung lorong. Punggungnya menabrak tembok keras.

Sudah 10 menit lebih ia berkelahi dengan pria besar itu. Namun kelebihan yang dimiliki si pembunuh membuat Asher sedikit terpojok.

Ringisan keluar, Asher mengaduh karena rasa sakit yang dialami punggungnya. Dalam hatinya ia bersumpah serapah kesal karena pria tua itu hanya mengincar titik vitalnya saja.

Nampaknya si pembunuh kali ini lebih pintar, dia melewatkan area bagin wajah karena akan menyita perhatian khalayak ramai jika dia gagal membunuh Asher.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang