06

4.2K 321 3
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Bernostalgia, itulah yang sedang dilakukan gadis cantik bersurai caramel. Menikmati perjalanan menuju kelas yang ia tuju. Koridor berornamen klasik terasa lenggang dan sepi. Ditambah hembusan angin mengusik rambutnya yang tergerai. Membuat perasaan rindu terobati.

Jam belajar sudah dimulai beberapa menit lalu. Dan dia baru diperbolehkan kekelas setelah beberapa menit menjadi tahanan, menyelesaikan masalah tadi pagi.

Sepatu Sena berhenti didepan pintu dengan plakat yang menggantung. Bertuliskan MIPA 1, membangkitkan emosinya yang tidak stabil.

Melipat bibirnya kedalam, lalu melihat ke atap plafon menahan air mata yang terus memaksa jatuh.

"Fyuhhh ... Tenang Sena, itu semua belum terjadi." tangannya terulur memeluk pundaknya sendiri, menepuk bahu menenangkan berusaha menghalau kekhawatiran yang ia miliki.

"Kamu bisa cegah kejadian itu. Jadi tenang ... kamu pasti bisa Sena. Semangat!" mengusap air matanya yang menggenang, Sena megetuk pintu kelas yang tertutup.

"Permisi ..."

Ketukan pintu terdengar lembut, butuh lima detik hingga pintu terbuka.

Klek.

"Ya? Ada apa? Siapa ...?" pintu terbuka menampilkan wanita paruh baya dengan wibawa yang menakutkan mengguar. Hilang saat ia memandang Sena. "Ahh Sena?! Kamu udah sembuh?"

Wanita itu mendekat, menutup pintu, berbicara dengan nada semangat. Tersenyum merasa senang, atas kehadiran murid kesayangannya.

Selama satu minggu Sena izin sakit, membuat dia khawatir. Bunda Desi, guru matematika yang sering membimbing Sena saat olimpiade mewakili sekolah.

Wanita itu lebih suka dipanggil bunda oleh muridnya. Kehilangan putri tunggalnya membuat Bunda Desi, melimpahkan kasih sayangnya di sekolah.

Berhasil sadar dari keterpakuannya, Sena membalas ucapan wanita berjasa itu. "Iya bunn, udah agak mendingan." Tuturnya sedikit membungkuk hormat.

"Maafin aku ya bunn telat, ada masalah sedikit di BK." Sena kian membungkuk merasa bersalah karena terlambat.

Usapan lembut terasa dikepalanya. "Its okay, bunda yakin bukan kamu yang mulai." kepala Sena terangkat, melihat senyum keibuan dari wanita didepannya.

Masih sama, baik dulu maupun sekarang. Wanita ini selalu percaya pada Sena. Wanita cantik ini senantiasa bersikap lembut kepadanya.

Mungkin karena mereka sering berinteraksi karena bimbingan? Atau karena wanita ini mencari sosok putrinya yang meninggal pada diri Sena? Dia tak peduli alasan Bunda Desi, pada dasarnya ia bersyukur bisa merasakan kasih sayang seorang ibu dari wanita ini.

Pepatah mengatakan, seorang guru bila mempunyai satu murid kesayangan akan selalu memihak dan berdiri di samping murid itu. Guru tersebut rela melakukan apapun untuk murid kesayangannya.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang