36

859 82 25
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sena berada di sudut tempat tidur rumah sakit, pandangannya tertuju pada jendela yang menampilkan langit sore yang kelabu. Kepalanya penuh dengan kebingungan, dan hatinya diliputi perasaan campur aduk yang sulit diuraikan.

Dalam seumur hidupnya, ia tak pernah menyangka akan melihat ibunya—Sella, seorang wanita karier yang tegas dan selalu sibuk—datang setiap hari untuk merawatnya. Bagi Sena, perubahan ini bagaikan suatu teka-teki yang membuatnya terperangkap dalam kebingungan yang tak kunjung usai.

Seingatnya, Sella lebih sering absen dari kehidupan Sena. Ia tenggelam dalam pekerjaan, larut dalam ambisi dan jadwal yang padat. Sella adalah seorang yang berhasil di kariernya, selalu menuntut kesempurnaan dalam segala hal, termasuk dalam tugasnya sebagai seorang ibu—meskipun sayangnya tugas itu hanya dicurahkan untuk Sean.

Sejak memasuki usia remaja, Sena merasa seperti bayangan di antara hubunga Sella dan Sean, tak terlihat, tak terdengar. Kehadirannya seolah diabaikan, sementara sosok ibunya terasa sangat jauh.

Namun, semua berubah ketika Sena mengalami insiden kecil yang hampir merenggut nyawanya. Ia sengaja menelan minuman yang mengandung racun untuk menyelamatkan Asher.

Ia pingsan, tubuhnya melemah, dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Saat itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Sena melihat sosok Sella yang berbeda.

Wanita cantik bersetelan formal itu datang setiap hari. Wajahnya tetap datar dan dingin seperti biasa, tetapi di balik raut yang kaku itu, ada perhatian yang tidak biasa. Setiap kali ia datang, tidak ada percakapan hangat atau senyuman manis seperti yang dibayangkan Sena tentang hubungan seorang ibu dan anak.

Tidak ada kata-kata manis atau ucapan kasih yang selama ini diidamkan Sena. Yang ada hanyalah keheningan, dan kadang kala, sebuah pandangan yang kosong. Namun, meski tak ada kata-kata yang terucap, setiap gerakan Sella ... berbicara banyak hal.

Di hari pertama, wanita itu membuka pintu kamar rumah sakit perlahan, nyaris tanpa suara. Ia mendekati tempat tidur dengan langkah tenang, lalu duduk di samping Sena.  Menarik selimut sedikit lebih tinggi, memastikan kehangatan cukup untuk melindungi gadis remaja itu dari dinginnya ruangan.

Saat waktu makan tiba, Sella akan menyiapkan makanan di atas nampan dengan hati-hati. Dengan telaten, ia menyendokkan makanan sedikit demi sedikit dan menyuapkannya kepada Sena, memerhatikan setiap gerakannya yang menerima suapan dengan diam.

Terkadang, wanita itu mencuri pandang ke arah Sena yang masih diam, seperti sedang merenungkan sesuatu. Di balik kelemahan tubuhnya, ada tatapan heran di mata Sena, seolah bingung dengan perhatian mendadak yang diberikan oleh ibunya. Tapi Sella tetap diam, memilih merawat Sena dengan cara yang mungkin terasa asing namun penuh ketulusan.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang