31

964 90 19
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Di dalam mobil, suasana hening terasa sangat nyata. Kaca jendela sedikit terbuka, membiarkan angin lembut menyusup ke dalam, tetapi bahkan hembusan angin itu tidak bisa meredakan ketegangan di antara dua orang yang duduk di kursi depan.

Udara di dalam mobil terasa tebal, seolah-olah ada sesuatu yang tak terlihat namun sangat terasa, menggantung di antara mereka.

Sena merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Tangannya mulai berkeringat, meskipun saat ini tidak terlalu panas. Dia merasakan sedikit gemetar di ujung jari, dan kakinya mulai mengetuk-ngetuk dengan ritme tak beraturan.

Terus mengutuk perkataannya saat di toko tadi. Pikirannya berlari ke berbagai skenario yang membuatnya semakin gugup. Apa yang harus dia katakan? Alasan apa yang cocok untuk kebodohannya tadi?

Di dalam kepalanya, segala macam kemungkinan mulai muncul. Bayangan-bayangan aneh tentang dia mengatakan hal-hal bodoh, tersandung kata-kata karena terlalu gugup terus bermain di pikirannya.

Semakin dia mencoba mengendalikan pikiran-pikiran itu, semakin kuat perasaan cemas yang melanda. Di tengah peperangan yang terjadi dibenak Sena, Asher melirik lucu. "Jadi sekarang kita pacaran?"

Tiba-tiba pertanyaan dengan nada penuh godaan itu terlontar dari bibir Asher.

"Uhuk! ... Uhuk! ..." Sena menyeka batuknya dan menatap Asher horor. Ice cream yang sedang ia makan mengotori wajahnya akibat terkejut.

Panik! Bibir Sena terbata-bata, tak tahu ingin berkata apa.

" Ga gi-gitu ... Aaa ... Eee ... Gini ..." Pipinya sudah merona karena malu, manik kelabu Sena bergerak kesana kemari mencari alasan. "Ja-jadi ... Soal yang tadi ..."

Gagap gadis itu merasa linglung. "Yang ta-tadi ..."

Asher menepikan mobilnya di tepi jalan, suara tawa riangnya memenuhi kabin yang sempit.

"..." Sena diam, terpesona dengan tawa pemuda itu.

"Ash ... a-apa yang lu-cu?" Tanya Sena, bingung. Namun, ia segera sadar bahwa noda ice cream yang baru saja dimakan mencemari pipinya. Tawa Asher semakin menjadi, memecah ketenangan kala itu.

"Ga bisa...," Asher terkikik, menyeka matanya yang mulai berair karena tertawa. "Lucu banget sihh ... Kaya anak kecil tau ga?"

"Anak siapa sih?" mencubit pipi kanan Sena gemas.

Gadis itu tercengang, pipinya yang berhiaskan matcha kian merah. Asher melepas sabuk pengamannya, tubuhnya mencondong mendekat ke arah Sena dengan gerakan lembut.

"Biar gue bantu," Kata Asher, suaranya lebih lembut sekarang, masih diwarnai senyum hangat.

Dengan jemarinya yang lincah, Asher mengelap pipi Sena, menghapus noda ice cream itu dengan penuh perhatian.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang