•••
"Asher mana ya? Kenapa belum balik lagi?"
Asher yang sedang mengelap tangannya dengan tisu, melihat kedepan sana. Menatap punggung gadis itu yang sepertinya mencari seseorang. Sena berdiri didepan kelas celingukan. Mencari siapa?
Kaki pemuda rupawan itu menuntunnya bergerak maju, mendekat, dan berhenti tepat dibelakang Sena. Memperhatikan surai karamel gadis itu yang sejajar dengan dadanya. Pendek.
"Apa jangan-jangan udah kekantin duluan?"
Siapa yang dicari Sena?
"Asher mana sih? Padahal mau aku ajak ngantin bareng ... tapi malah ngilang."
Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, menyebabkan koridor dan kelas sepi, karena sebagian murid berbondong-bondong ke kantin.
Alis tebal Asher naik sedikit. Bertanya-tanya kenapa gadis itu mencarinya dan ingin ke kantin bersamanya?
Asher tak ingin kepedean tapi tindakan dan perkataan Sena baru-baru ini, selalu membuat dirinya salah paham. Memainkan lidah dimulutnya, Asher memilih diam mengamati Sena dari belakang. Mencari tahu apa maksud dan perbuatan gadis didepannya.
Sena memutuskan berjalan kearah kantin karena keberadaan Asher yang tidak dapat ia temukan. Gadis itu berjalan sambil sesekali bermain handphone.
Asher yang berdiri dibelakang, mengikuti setiap langkah kecil Sena. Kakinya menapak dijejak bekas kaki Sena. Pelan-pelan penuh kehati-hatian, meminimalisir bentuk suara yang mungkin bisa didengar gadis itu.
Disela pinjakan kakinya, Asher tersenyum merasa lucu dengan perbedaan ukuran jejak sepatu Sena dan dirinya. Kaki Sena kecil sekali, seperti kaki tikus? atau semut?
Asher terkekeh berkat perbandingan yang ia pikirkan tentang ... Sena, tikus dan semut. Ia terus menerus mengikuti langkah Sena yang tidak sadar akan keberadaan seseorang dibelakangnya.
Ditengah perjalanan gadis bernetra silver itu berbicara sendiri, mengetuk ujung handphone nya kedagu.
Kebiasaan yang diketahui Asher, Sena suka berbicara sendiri. Jika tidak ada teman atau sendirian, ia akan berbicara pada dirinya sendiri.
"Udah lama gak liat ... nambah ganteng aja tuh orang. Bener-bener charming. Senyumnya bahkan bikin auto melting." tuturnya membayangkan sosok yang tadi tersenyum kepadanya.
Asher yang mulanya asik mengikuti setiap jejak kecil sepatu Sena, menajamkan pendengarannya saat gadis itu mulai bicara.
Mendengar ucapan gadis didepannya telinga Asher terasa panas. Dia merasa jengkel dan sedikit ... cemburu?
Ganteng? Siapa orang yang mampu membuat Sena menjadi tersipu begitu?
"Kalo bisa seganteng itu pas senyum ... apa aku suruh jangan senyum aja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄
FantasyThe End of The Pain. Dari sekian banyaknya waktu dan masa yang telah Sena lalui. Setelah berulang kali terjebak digaris waktu yang sama. Ia ingat semua dan Sena melakukan usaha terakhirnya. Mungkin memang takdirnya bukan untuk Asher. Sena memilih...