•••
Setiap suara batuk diiringi dengan semburan darah yang membasahi tangan dan meja di depan Sena. Hiruk pikuk kantin hilang dalam sekejap, tawa riuh di sekelilingnya sirna, tergantikan oleh rasa panik yang melanda siswa-siswi yang melihat.
"Ash ... sakit ..." Suara Sena lemah, dan matanya mulai meredup.
"SENA!!!" Menyadari keseriusan situasi, Asher merasa panik. "Sena! Hey! Sena!"
Tanpa berpikir panjang, Asher mengangkat tubuh Sena yang mulai tak berdaya ke dalam pelukannya, merasakan betapa ringannya tubuh itu.
Asher berlari keluar dari kantin, langkahnya cepat dan tergesa-gesa. Koridor sekolah yang biasanya dipenuhi dengan tawa siswa kini terasa sunyi, hanya ada langkah kakinya dan suara nafas tak beraturan Sena.
Ia merasa jantungnya berdegup kencang, pikiran liar meluncur, meragukan apa yang terjadi.
Keracunan? Apakah ini semua karena minuman tadi? Gejala yang terjadi pada Sena sudah sangat jelas bahwa gadis itu keracunan.
Apa ini? Selain alkohol, ada racun juga? Membuat Asher frustasi hingga ingin mati. Bukankah sudah jelas siapa pelakunya?
Suara teriakan dan langkah kaki yang berlarian mulai terdengar. Beberapa siswa mengikuti mereka, bingung dan terkejut. Asher tidak peduli, hanya fokus pada Sena yang semakin lemah dalam pelukannya.
"Ke mobil, ke mobil!" Asher mengarahkan langkahnya ke parkiran, otaknya bekerja cepat mencari kunci mobil yang biasanya ia simpan di saku celana. Ia merasakan tatapan cemas dari murid yang mengikuti di belakang, namun semua itu tidak ada artinya saat Sena tampak semakin tidak berdaya.
Akhirnya, Asher mencapai mobilnya. Ia membuka pintu dan dengan hati-hati meletakkan Sena di kursi belakang.
Di luar, suasana semakin kacau. Beberapa guru dan staf sekolah muncul, melihat kerumunan siswa yang panik. Sepertinya ada yang melapor ke ruang guru.
Bunda Desi berlari mendekat, terlihat panik dan bertanya pada Asher. "Ada apa ini, Asher? Kenapa Sena bisa seperti itu?"
"Sena batuk darah! Saya rasa keracunan!" Pemuda itu berusaha tenang, dan langsung masuk ke mobil.
Tanpa babibu Bunda Desi juga ikut masuk ke kursi belakang. "Kita harus cepat, Asher. Bawa Sena ke rumah sakit secepatnya!"
Memanggil ambulance saat ini tidak efektif karena harus menunggu, sedangkan saat ini Sena harus cepat mendapatkan pertolongan pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄
FantasyThe End of The Pain. Dari sekian banyaknya waktu dan masa yang telah Sena lalui. Setelah berulang kali terjebak digaris waktu yang sama. Ia ingat semua dan Sena melakukan usaha terakhirnya. Mungkin memang takdirnya bukan untuk Asher. Sena memilih...