14

2.5K 209 17
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sena bagi Asher itu matahari di musim semi. Memberikan cahaya di kegelapan serta kehangatan di kedinginan. Perubahan yang terjadi pada gadis cantik itu membuat Asher terlena. Seperti tanaman yang butuh asupan sinar matahari.

Tidak pernah sekalipun ia membayangkan, akan datangnya hari dimana Sena menyambutnya dengan senyuman. Menyadari atensi pemuda itu, yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh Sena.

Asher yang begitu kehausan, disuguhkan air. Tentu pemuda itu tidak akan menolak, apalagi air yang disuguhkan merupakan air yang ia suka.

Perhatian yang selama ini ia idamkan datang dari orang yang spesial dalam hidupnya. Dia dengan senang hati menerima dengan tangan terbuka perhatian tersebut.

Dirinya terlena dan terhanyut oleh kenyamanan yang ditawarkan padanya. Ia jadi berangan-angan dan berharap. Boleh kah? Apa boleh ia mengharapkan kebahagiaan yang selama ini ia nanti, dari sosok cantik itu? Apa takdir akan mengizinkan?

Asher terbangun karena suara rintikan hujan yang mereda. Punggungnya terasa kaku karena tidur dengan posisi duduk. Pemuda tampan itu menggerakan wajah rupawan khas bangun tidur, kekanan dan kekiri. Menimbulkan suara retakan di leher. Bahu kanannya terasa lebih berat, menumpu beban cukup lama, ia menoleh.

Sena tertidur dengan nyaman di bahu Asher. Tidur di sofa tempat mereka berbincang tadi malam.

Hujan yang tak kunjung berhenti semalam, membuat Sena melarang Asher untuk pulang. Awalnya mereka menunggu hujan reda sambil menikmati matcha latte hangat yang dibuat Sena. Berbincang ringan obrolan canggung dan menonton TV. Menghabiskan waktu menunggu hujan reda.

Suasana syahdu, udara dingin menyelimuti, dan musik alami dari rintikan hujan yang menenangkan. Membuat kedunya mengantuk. Berakhir ketiduran di sofa.

Gadis itu menggeliat kedingian karena udara dingin di pagi buta dan AC yang belum dimatikan.

Mencari kehangatan dengan menduselkan pipinya kebahu Asher. Lalu kepalanya merosot turun dan berhenti di dada pemuda itu. Tangan kekar Asher juga tak luput dari lilitan tangan Sena, menjadikannya guling penghangat.

Jam dinding menunjukan pukul lima pagi. Keraguan mendominasi Asher, apa ia harus membangunkan Sena?

Sena kembali merenggut kedinginan, mencari tempat hangat. Asher yang menyadari tubuh mengigil Sena bergerak canggung. Menarik tubuh Sena kedalam rengkuhannya. Menghilangkan jarak diantara mereka berdua.

"Dingiinnn." Rengek Sena dalam tidurnya. Bergerak tak nyaman.

"Syuttt iya ..." Asher menepuk punggung Sena, menenangkan gadis yang kedinginan itu.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang