44

151 28 21
                                    

⚠️Warning : there are scenes of violence, beatings, harsh words, harassment, etc⚠️

•••

PRANGGGG!

Pecahan porselen mahal berserakan di lantai marmer, memantulkan cahaya redup lampu kamar Presidential Suite yang kini lebih menyerupai medan perang.  Kemewahan hotel bintang lima sirna ditelan kegelapan dan aroma anyir darah yang menyatu dengan bau alkohol yang menusuk hidung.

Sella, dengan manik mata kelabu yang meredup, menatap tajam kedepan, tubuhnya gemetar tak terkendali.  Darah segar menetes dari pelipisnya, bekas lemparan vas kristal yang baru saja melayang.  Rambutnya yang indah kini kusut, bercampur dengan serpihan kaca.

Ia tak tahu kali ini apa yang membut pria itu begitu marah. Tiba-tiba datang dengan bau alkohol yang menyengat dan langsung melemparkan vas kearahnya. 

"Udah berani ya kamu selingkuh di depan saya?!" raung Hans, suaranya serak, dipenuhi amarah yang beracun.  Napasnya memburu, panas membakar pipinya yang memerah.

Ah ... rupanya karena kejadian pagi tadi.

"Udah aku bilang ribuan kali, bahkan lebih ... aku ga pernah selingkuh. Kamu juga tahu itu." Suaranya tenang berbisik, nyaris tak terdengar di antara gemuruh amarah Hans.

"Terus ... kenapa bajingan itu jauh-jauh dateng kesini?! Kamu sengaja mau nunjukin kalo kamu juga bisa selingkuh?!" Merujuk pada pria yang datang diacara hari anniversary pernikahan mereka.

Pria yang menjadi alasan semua ini terjadi.

Hans mendekat, bayangannya jatuh di atas Sella yang terduduk di lantai, tubuhnya meringkuk merasakan ancaman bahaya.

Sella mencoba menyibak rambutnya yang lengket karena darah,  rasa sakit berdenyut di kepalanya.

"Kamu salah paham! Hajun kesini buat liat anaknya, bukan—!" 

"ASSHIBAL! Jugeullae?!" (ASSHIBAL! Mau mati?!) Hans meledak,  suaranya menggema di ruangan yang sunyi.

"Anaknya?! Hah?! Wahhhh ..." Pria itu bertepuk tangan dengan meriah.  Tertawa, tawa yang dingin dan mencekam,  menggelegar seperti guntur. "Jadi kamu udah akuin kalo bocah sialan itu anak haram dia. IYA?!"

Sella terdiam tak menjawab. Keheningan yang mencekam menggantung di udara, lebih menakutkan daripada teriakan Hans.

Hans mencengkeram rambut Sella, menariknya hingga kepala wanita itu terangkat.  Wajah mereka sangat dekat,  mata Hans menyala seperti bara api,  napasnya membakar kulit Sella.  Bisikannya, dingin dan pelan, menembus tulang sumsum.

"Kamu mau bocah itu masuk rumah sakit lagi?"

Tubuh Sella menegang,  napasnya tersengal.  Ketakutan yang amat sangat mengikatnya,  mencekiknya hingga tak mampu bernapas. "Ja-jangan ..." Ucap Sella terbata-bata, rasa takut dan cemas menyatu.

"Jangan a-aku mohon ... jangan lagi ... please."  Dari pelupuk mata yang menggenang, cairan bening itu turun membasahi pipinya. Sella menggosok kedua telapak tanganya, memohon sambil bersimpuh. "Hans ... aku mohon."

"Da-dari awal kamu marah sama aku, kamu benci setengah mati, jadi lampiasin semuanya ke aku. Jangan Sena ... aku mohon ... please." 

Nafas memburu Hans terdengar, melihat keputusasaan Sella dengan perasaan campur aduk. "Saya kabulkan permintaan kamu." 

Hans bergerak menuju lampu tidur yang berada di samping kasur. Meraihnya dan melempar benda itu ketubuh Sella, lalu meraih barang-barang yang ada didekatnya dan melemparkan pada wanita yang menjadi istrinya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang