Stress banget nulis part ini sumpah!
Baca pelan-pelan, hayati, dan resapi
Semoga tersampaikan dengan baik•••
Rasanya sakit, takut, khawatir, marah, sedih ... semua itu tak lagi terpisah, bercampur menjadi racun yang menggerogoti jiwa Sena. Hatinya penuh, tetapi tidak dengan kebahagiaan, melainkan luka yang mengendap begitu dalam, seperti duri yang tak pernah bisa dicabut.
Sena akhirnya memahami apa yang selama ini menghantui malam-malamnya. Semua potongan mimpi itu ternyata bukan sekadar bunga tidur. Itu adalah serpihan memori yang selama ini terkubur di sudut gelap pikirannya, memori yang telah ia lupakan untuk bertahan hidup.
Namun sekarang semuanya terungkap, membanjiri kesadarannya seperti banjir bandang yang menghancurkan apa pun di jalurnya. Jawaban yang ia cari selama ini, ternyata adalah kebenaran yang begitu pahit untuk diterima.
Kenapa mamanya sering tampak begitu jauh, seperti tidak benar-benar hadir meskipun berada di sisinya? Kenapa papanya memandangnya dengan kebencian yang tak pernah ia pahami? Jawaban itu, yang Sena temukan dalam mimpinya, membuat dadanya sesak.
Dalam mimpinya, ia melihat kilasan-kilasan masa lalu. Ia mendengar suara-suara yang seharusnya tidak pernah didengar oleh seorang anak kecil. Kata-kata penuh kebencian, penuh kemarahan, dilemparkan oleh orang yang seharusnya melindunginya.
Ia menyaksikan mamanya menangis, tersudut oleh kekerasan yang tak berujung. Ia melihat dirinya sendiri, kecil dan tak berdaya, menyaksikan semuanya terjadi tanpa mampu melakukan hal berarti.
"Kenapa kamu harus lahir?! Kamu mengahancurkan segalanya!" suara itu bergema dalam ingatannya. Suara papanya. Kata-kata itu menusuk Sena lebih dalam daripada apa pun yang pernah ia alami.
Ia akhirnya mengerti. Ia adalah alasan dari semua kebencian itu.
Namun ada satu hal yang lebih menyakitkan, yang terasa seperti pukulan telak dimana menghancurkan dinding pertahanan terakhirnya. Sena baru menyadari, mamanya bersedia bertukar tempat, menanggung semua rasa sakit itu, hanya agar dirinya tetap terlindungi. Wanita itu, yang selama ini tampak begitu dingin dan jauh, ternyata diam-diam menanggung semua derita seorang diri.
Sena tidak mengerti. Air mata mengalir tanpa henti di pipinya.
'Kenapa? Kenapa Mama rela melakukannya?' batinnya menjerit dalam keheningan. Ia tidak bisa memahami alasan di balik pengorbanan itu. Sena hanyalah seorang anak yang tidak pernah diinginkan, seseorang yang ditolak oleh dunia bahkan sebelum ia sempat mengenalnya.
Kenapa wanita itu memilih untuk bertahan dalam neraka, demi melindungi seseorang seperti dirinya?
Kemarahan menyala dalam diri Sena, membakar di setiap aliran darahnya. Ia benci. Bukan pada mamanya, tetapi pada dirinya sendiri. Ia marah karena kehadirannya di dunia ini telah menjadi sumber dari semua penderitaan itu. Sena merasa seperti duri dalam hidup mamanya, sesuatu yang tak seharusnya ada tetapi tetap melekat, menyakiti setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄
FantasyThe End of The Pain. Dari sekian banyaknya waktu dan masa yang telah Sena lalui. Setelah berulang kali terjebak digaris waktu yang sama. Ia ingat semua dan Sena melakukan usaha terakhirnya. Mungkin memang takdirnya bukan untuk Asher. Sena memilih...