•••
Sepanjang menunggu Asher yang sedang mengganti baju. Sena celingukan kesana kemari, mengamati rumah megah ini. Gadis itu jenuh dan gabut karena Asher tak kunjung selesai.
Sena ramal pasti pemuda itu benar-benar kesulitan melepas bajunya karena memar yang memenuhi sekujur tubuh kecuali area wajah.
Cklek.
Suara pintu didepan sana terbuka, membuat Sena menoleh. Terlihat perempuan tua yang membawa banyak belanjaan. Dengan payung ditangan kanan dan menggandeng gadis imut disisinya.
Sena mengenal mereka, sangat amat mengenal. Bi Ningsih dan Athena.
Dengan langkah sigap, Sena menghadap parempuan tua itu dan menawarkan bantuan. "Aku bantu ya bi ..."
Gadis berpakaian basah itu, mengambil lembut belanjaan bahan masakan yang berat. Menjawab kebingungan perempuan didepannya. "Sena bi, temen sekelasnya Asher."
"Ouh, Ehh gak usah, duduk aja. Gak baik tamu bantu gini." Balas Wanita itu merasa tak enak pada Sena selaku tamu majikannya.
"Gapapa bi, kayanya berat banget jadi aku bantu."
"Eh beneran gakpapa? Aduh malah ngerepotin." Ucap Bi Ningsih
Sena tersenyum ramah. "Ini mau taro dimana bi?"
"Di dapur, yuk sama bibi." Bi Ningsih jongkok sebentar menyamakan kepala dengan gadis imut disampingnya.
Menggerakan tangannya menyampaikan bahasa Isyarat. "Non tunggu di ruang tamu ya, bibi mau beresin belanjaan dulu."
'Okey' Timpal gadis imut itu ceria.
Sena dibuat takjub dan terpaku sejenak. Ini kali pertama ia melihat Athena dalam keadaan baik. Karena dulu ketika pertama merek bertemu Sena hanya melihat sosok gadis yang dipenuhi kesedihan dan traumatis. Sedangkan Athena versi ini ...
Wajah yang dulunya muram kini dipenuhi oleh cahaya baru. Senyum lembut yang menghiasi bibirnya mengungkapkan ketenangan dan kebahagiaan yang belum direnggut. Sena menyadari betapa dalamnya perubahan ini.
Tubuh yang dulu tampak cenderung kaku dan lelah, kini bergerak dengan keleluasaan dan energi yang cerah.
Sena mengamati Athena dengan tatapan penuh kekaguman. Dulu, matanya seringkali kosong, menatap ke jauh seakan mencari sesuatu yang hilang. Kini, matanya berbinar dengan kehangatan yang menenangkan. Ada kedamaian di sana.
Sena melangkah satu perlahan ke arah anak kecil itu, hati berdebar karena rasa syukur dan kebanggaan. Alunan kata-kata terasa tidak cukup untuk menggambarkan perasaannya.
"Hai ..." Sapaan halus hampir tak terdengar mengambil atensi keduanya
Sena tersenyum, kedatangan gadis imut itu sungguh membuat Sena senang sekaligus takut. Ada rasa bersalah yang masih terselip dilubung hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄
FantasyThe End of The Pain. Dari sekian banyaknya waktu dan masa yang telah Sena lalui. Setelah berulang kali terjebak digaris waktu yang sama. Ia ingat semua dan Sena melakukan usaha terakhirnya. Mungkin memang takdirnya bukan untuk Asher. Sena memilih...