34

799 98 13
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Pulang sekolah, Sena dikejutkan dengan kehadiran Leon berdiri di depan pintu. Dengan jas hitam yang kusut, wajahnya terlihat lelah serta kantung mata yang jelas terlihat, seolah kurang tidur. Langkahnya sedikit terburu-buru, namun raut wajahnya penuh dengan kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan. Matanya berkaca-kaca, seolah ada beban berat yang dipikulnya.

Sena menatap Leon dengan sedikit bingung. Semalam Leon membatalkan janji mereka tiba-tiba. Sekarang, Leon muncul dengan penampilan yang jauh berbeda dari biasanya-kusut dan tampak sangat letih.

Sama seperti malam itu.

Sena mendekat dan mengutarakan rasa penasaranya. "Leon? Kamu... kenapa di sini? Aku pikir-" Sena terhenti sejenak, menatap penampilan Leon.

Pemuda itu menundukkan kepala, mengambil napas panjang sebelum berbicara "Sena, aku ... aku mau minta maaf." Suara Leon bergetar, dan matanya berkaca-kaca.

"Aku tahu kamu pasti kecewa ... karena aku tiba-tiba batalin makan malam kemarin, tanpa penjelasan apa pun."

Terdiam sejenak, Sena masih bingung. "Iya, aku sedikit ... bingung dan ke-cewa? Kamu ga ngasih penjelasan sama sekali. Dan batalin gitu aja."

"Kenapa?" Tambah Sena ingin tahu.

Leon menatap Sena dengan tatapan bersalah "Aku ga bermaksud begitu ..."

"A-aku ga bisa dateng kemarin karena ibu ... kondisinya mendadak drop." Tangan Leon saling menggengam menahan kesedihan.

"Ibu harus di bawa ke ICU ... untuk pengawasan intensif dan aku nggak bisa ninggalin." Jujurnya berkaca-kaca, menahan tangis yang ingin keluar. "Aku ga sempat kasih kabar karena ... aku ga mau kamu khawatir.

"Maafin aku ... Sena."

Sena terkejut mendengar penjelasan Leon. Raut wajahnya berubah, dari bingung menjadi lebih tenang dan perihatin.

"Kenapa ga bilang?" Cicit Sena merasa bersalah. "Aku ga tau, maaf aku sempet marah. Aku nggak tahu kalau ibu kamu drop. Kenapa nggak cerita dari awal?"

Menghela napas berat, suaranya melirih "Aku nggak mau bikin kamu khawatir ... A-aku terlalu panik ... juga nggak tahu harus gimana waktu itu. Aku cuma fokus sama ibu."

Sena mendekat, meletakkan tangannya di lengan Leon, berusaha menenangkan. "Aku ngerti. Pasti berat banget ... ngadepin ini semua sendirian."

Mata Leon mulai basah, tapi ia mencoba menahanya. "Makasih, Sena ... Aku benar-benar merasa bersalah karena nggak bilang apa-apa."

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang