26

1.5K 175 20
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Selepas makan malam dirumah Asher Sena pulang sendirian. Gadis itu menolak mentah-mentah tawaran Asher yang ingin mengantarnya hingga ke rumah. Luka lebam serta hujan deras menjadi alasan Sena menolak permintaan pemuda itu.

Suasana hati Sena sedang baik, rasanya lega dan nyaman. Ia pulang dengan hati lapang, walau tadi sempat berdebat lucu dengan Sean ditelepon. Sepasang kakak beradik itu berdebat remeh karena Sena pulang larut.

Malam ini, hujan turun dengan derasnya, menciptakan tirai air yang menutupi jendela mobil. Gadis jelita itu, sendirian di dalam mobil, merasakan ketenangan di tengah kekacauan hujan. Dia mengatur suhu AC dengan lembut, menghapus embun di jendela yang mulai mengabur.

Petir besar menyahut mengagetkan Sena. Menenangkan gemuruh ketakutan didada.

"Kok perasaan aku jadi gak enak ya?" Lirihnya, tiba-tiba perasaan lega sebelumnya hilang dibawa pergi kilatan petir.

Kecepatan mobilnya menjadi pelan, memastikan agar tidak tergelincir di jalan yang licin.

Setibanya didepan rumah Sena membunyikan klakson mobil dua kali. Dalam kurun 10 detik gerbang rumah dibuka oleh Mang Tito.

"Makasih pak!" Sena menekan gas dan memarkirkan mobilnya di garasi.

Gadis itu keluar dari mobil membawa paper bag berisi kotak coklat berbagai bentuk dari Athena. Melirik sekilas senyum Sena mengembang.

Dari arah berlawanan Mang Tito menghampiri majikannya dengan payung yang ia genggam.

"Permisi non."

"Ya? Kenapa Mang?

"Ini non anak saya lagi sakit demam berdarah, dan harus saya bawa ke rumah sakit. Saya pulang sekarang boleh?" Suara pria paruh baya sedikit teredam rintik air.

Musim hujan ini nampaknya berdampak besar pada pembiakan nyamuk yang meningkat. Teman sekelas Sena bahkan ada yang terkena DBD juga.

"Ya ampun ... kenapa gak pulang dari tadi aja Mang. Kasian anaknya. Malah nunggu aku ..." Tutur Sena prihatin, berbicara sedikit kencang karena takut tidak terdengar.

"Hehehe gak enak non kalo pulang gak izin langsung. Saya mau bilang Ke Den Sean gak enak juga lagi sakit." Raut tak enak Mang Tito membuat Sena menggeleng maklum.

"Ya udah Mang pulang aja. Buruan takut kenapa-kenapa." Ucap Sena mengizinkan. "Oh iya ini ..."

"Eeeeh gak usah non, saya ada kok. Gajian kemarin juga masih banyak sisanya." Sahut Mang Tito cepat saat Sena mengeluarkan dompet, diakhiri kekehan ringan.

Sena membalas dengan anggukan mengerti. "Lain kali kalau kaya gini lagi gak usah tunggu aku mang, telpon aja atau wa."

"Baik non baik!" Seru Mang Tito. "Saya pamit dulu ya non. Kunci gerbang saya taro di pos. Maaf juga non, nanti saya kesini lagi mungkin agak siangan."

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang