20

2.9K 223 17
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Semenjak Sena kembali kemasa lalu, mimpi yang terasa seperti ingatan saling tumpang tindih. Baik itu mimpi kejadian mengerikan seperti kematian Asher, maupun kejadian-kejadian yang tidak bisa ia mengerti. Membuat gadis bernetra kelabu itu sulit tidur.

Mimpi sama yang sudah mengunjunginya selama tiga hari kini terjawab. Kepingan puzzel yang mulanya berserakan penuh misteri kini tersusun, tertata membentuk ingatan yang dilupakan Sena.

Sena tidak tahu kenapa ia bisa lupa dengan kejadian kelam itu. Apa ia mengalami kecelakaan yang membuatnya amnesia? Atau apa?

Alasan adik laki-lakinya-Sean berhenti berbicara adalah Luna. Tekanan dari rasa bersalah dan tuntutan Devano yang terus mencaci Sean. Membuat pemuda itu berpura-pura menjadi bisu, sama seperti Luna.

Kaki ringkih Sena berjalan gontai, ia kebingungan bergerak menuju kamar adiknya.

Sena yang baru mengingatnya, terkejut. Terasa sangat menakutkan dan mengguncang emosinya. Rasa bersalah mendalam hinggap didadanya.

Sena saja merasa buruk luar biasa saat ingat memori ini. Lalu bagaimana Sean? yang sudah mengingatnya selama 10 tahun. Apa Sean baik-baik saja?

Sena rasa tidak. Sean pasti menderita.

Gadis bersurai karamel itu mempercepat langkahnya sambil mengigit bibir. Bergegas membuka pintu kamar Sean setelah sampai.

Klek ...

Pintu besar dan berat itu Sena buka. Menciptakan deritan yang cukup khas. Kegelapan menyambut, cahaya dari luar tak cukup menerangi kamar.

Waktu berjalan begitu lambat di dalam ruangan ini, di mana hujan terus turun dengan lebatnya. Setiap tetesan air yang jatuh dari langit-langit dan setiap suara gemuruh dari langit membuat Sena semakin yakin bahwa ruangan ini menyimpan lebih dari sekadar trauma dan ketakutan.

Ada rasa yang tidak terucapkan yang merayap di dalam ruangan ini, seolah-olah kesendirian dan kesunyian menjadi teman setia di malam yang gelap gulita.

"Sean ..."

Hening, hanya suara hujan yang membalas panggilan Sena. Gadis cantik itu menutup pintu hingga secerca cahaya sirna.

Kamar Sean sepenuhnya gelap, sangat gelap. "Sean ... kakak masuk." Izin gadis itu.

Sena sangat khawatir sekarang dengan adiknya. Pasti pemuda itu sedang berkelahi dengan memori yang menyisakan trauma baginya.

Telapak tangan Sena meraba dinding, mencari saklar guna menghidupkan lampu.

Tak!

Cahaya langsung menyebar keseluruh ruangan. Sena menutup mulutnya saat melihat kamar Sean yang berantakan. Seperti kapal yang disapu ombak.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang