21

1.4K 149 23
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Lange nicht gesehen, Kind. Wie geht es dir?" (Lama tidak berjumpa bocah.
Bagaimana kabarmu?)

Nomer tak dikenal itu mengeluarkan suara yang sangat amat dibenci Asher. Tangan pemuda itu mengepal kuat, otot dileher dan keningnya mengencang menahan amarah.

"Machen Sie keinen Smalltalk, was wollen Sie?" (Jangan basa basi apa mau mu?). Balas pemuda itu sinis.

"Äh? Warum bist du so in Eile? Sollten Brüder und Schwestern nicht Grüße austauschen?" (Eh? Kenapa terburu buru? Bukankah sebagai kakak dan adik harus bertukar sapa?). Nada tengil yang berbahaya itu muncul memecah udara.

"..." Asher diam merotasikan matanya jengah, malas menimpali ucapan pria sialan yang berada di Jerman itu.

Berdecak sebal karena kelakuan saudara tirinya yang biadab.

"Übrigens... wer ist dieses Mädchen?" (Omong-omong ... siapa gadis itu?)

Tubuh Asher tersentak, iris kelamnya menajam. "Er ist ein Niemand. Nur ein Fremder, der sich zufällig traf und half." (Dia bukan siapa-siapa. Hanya orang asing yang tak sengaja bertemu dan menolong.)

Kekehan terdengar dari sebrang sana. "Wirklich??" (Sungguh??)

"Warum bist du so nachlässig, kleiner Bruder?" (Kenapa kamu terlalu ceroboh adik?)

"Solltest du sie nicht verstecken?" (Bukankah seharusnya kamu sembunyikan dia?)

"Wie heißt sie?" ( Siapa namanya?)

"Versuchen Sie nichts mit mir!" (Jangan macam-macam!)

"Er ist nur ein Fremder. Ziehen Sie andere Menschen nicht in unsere Probleme ein." (Dia hanya orang asing, jangan libatkan orang lain dalam masalah kita.)

"Hey! Ich möchte nur seinen Namen wissen... Warum bist du so wütend?" (Hey! aku hanya ingin tahu namanya ... Kenapa kamu semarah itu?)

"Ich möchte nur seinen Namen wissen... damit es einfacher ist... ihn zu töten." (Aku hanya ingin tahu namanya ... agar lebih mudah ... membunuhnya.)

•••

Sean rutin berkunjung ke psikologi guna menyembuhkan traumanya. Setiap pulang sekolah Sena akan mengantar adik laki-lakinya berobat.

Psikolog Sean menganjurkan membuat jurnal rutin yang setiap minggunya akan dianalisa. Nantinya Dr. Khal - selaku psikolog akan memutuskan keadaan Sean seperti apa dari banyaknya kata sedih dan bahagia yang tertulis di jurnal.

Menilik dari hobi Sean yang sangat suka melukis. Dr. Khal juga menyarankan Sean melakukan terapi ringan lewat lukisan.

Sudah sangat ... amat lama Sena baru menginjakan kakinya lagi di ruang seni Sean. Terakhir kali dirinya masuk keruangan ini adalah saat ia kecil. Dulu seingat Sena ruang seni ini sangat indah yang mana diisi lukisan abstrak penuh warna karya anak kecil polos yang memberikan kesenangan bagi penikmat seni.

𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang