"APA?" teriak Salmita terkejut, "lo gila ya? Tiba-tiba buntutin gue sampai apartement terus sekarang dengan entengnya ngomong kaya gitu ke gue! Lo beneran dosen bukan sih?" lanjut Salmita dengan wajah kesal."Saya serius, ayo menikah dengan saya," ulang Alfarez sekali lagi.
"Stress, stresss!" jawabnya Salmita frustasi.
"Saya ingin bertanggung jawab sama kamu, Salmita," jawab Alfarez memohon.
"Tapi Gue gak hamil?"
"Saat ini, tapi tidak untuk nanti," ucapnya.
Salmita hanya bisa diam mematung mendengar ucapan dari Alfarez barusan.
"Saya ingin membuat kesepakatan denganmu," ucap Alfarez lagi.
"Apa lagi ya Tuhan!" batin Salmita kesal.
"Tapi, saya belum bilang mau kan?" jawab Salmita kembali dengan mode formalnya.
Salmita kembali menyruput Ice coffe latte yang ia pesan untuk sedikit membasahi tenggorokannya yang kering karena sedari tadi menanggapi dosen mesum di depannya ini.
Memang saat ini Alfarez tengah mengajak Salmita untuk duduk di salah satu Cafe terdekat di kawasan Apartemen Salmita.
Alfarez tidak menggubris sama sekali ucapan Salmita. Lelaki itu malah menyodorkan selembar kertas ke arah Salmita.
"Apa ini?" tanya Salmita bingung.
"Saya ingin kita menikah!" ucap Alfarez tegas.
"Tapi saya tidak mau Pak Alfarez yang terhormat! Saya masih mau melanjutkan kuliah saya. Saya masih mau menikmati masa muda saya walaupun udah gak utuh lagi!" jawab Salmita dengan suara yang terdengar pilu.
"Apa salahnya saya menikahi gadis yang saya sudah ambil kesuciannya? Saya ingin bertanggung jawab dan tidak ingin selalu dihantui rasa bersalah saya ke kamu Salmita!" ucap Alfarez penuh keyakinan.
Salmita terdiam beberapa saat, dalam hati kecilnya Salmita juga merasa bahwa lelaki di depannya ini yang harusnya bertanggung jawab atas hal yang sama sekali Salmita tidak inginkan. Tapi bagaimana dengan kuliahnya? bagaimana dengan masa depannya? Sungguh Salmita sangat bingung saat ini.
"Beri saya waktu untuk berpikir pak!" pinta Salmita.
"Sekali lagi tolong pikirkan dengan baik-baik. Aku hanya ingin bertanggung jawab padamu Salmita, terserah kamu mencintaiku atau tidak biar itu jadi urusanmu. Setidaknya Aku bukan lelaki pengecut yang lari dari tanggung jawab dan setidaknya jika memang diperjalanan pernikahan kita nanti tidak ada kecocokan sama sekali, kita bisa berpisah secara baik-baik dan kamu tidak perlu repot untuk mencari alasan kelak kepada suami barumu tentang kesucianmu itu, Salmita," jelas Alfarez.
***
Gadis yang sedari tadi hanya berguling di atas ranjang sembari memegang kertas yang sempat diberikan oleh lelaki yang berstatus sebagai dosenya itu tidak berhenti membulatkan matanya saat membaca point-point yang tertulis didalam surat perjanjian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
RomanceDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...