Going further

878 157 14
                                    

Alfarez terbangun dari tidurnya dengan kepala yang masih terasa berat. Matanya sedikit mengerjap saat cahaya matahari masuk dari cela jendela pintu balkon kamarnya. Lelaki itu berusaha bangun dan duduk di atas ranjang dengan keadaan linglung sambil bertanya-tanya kenapa lelaki itu sudah berada di dalam kamarnya? Seketika matanya membulat mengingat Salmita.

"Apa Salmita tau gue kemarin ketemu sama Ciara ya?" tanyanya sedikit frustasi.

"SALMITA!" panggil Alfarez berteriak panik takut Salmita meninggalkannya.

"Ya, sayang. Kamu udah bangun hm? Aku baru aja siapin air hangat buat kamu mandi. Udah siapin baju kerja kamu juga. Kamu bilangkan hari ini mau ada meeting penting sama klien?" tanya Salmita yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi membuat Alfarez bernapas lega.

Salmita duduk di samping suaminya lalu menatap wajah tampan lelakinya dengan tatapan lembut penuh cinta.

"Ayo mandi sayang, aku siapin sarapan terus kita berangkat sama-sama." Ajak Salmita sambil menarik tangan Alfarez lembut.

Bukannya menurut Alfarez malah menarik tangan Salmita hingga perempuan itu jatuh tepat diatas pangkuannya.

"Sayang!" pekik Salmita.

"Sebentar saja, lima menit!" ujar Alfarez sambil memeluk erat pinggang Salmita.

Bahkan lelaki itu semakin menenggelamkan wajahnya kedalam ceruk leher istrinya. Entahlah, Alfarez merasa ada yang aneh. Seakan wanita yang kini ia peluk erat akan pergi meninggalkannya.

Salmita tersenyum sambil membelai lembut punggung suaminya. "Tumben banget manja gini. Kenapa sih?" tanya Salmita yang hanya di balas gelengan kepala oleh Alfarez.

"Sayang?" panggil Alfarez lembut.

"Hm?" jawab Salmita hanya dengan gumaman. Ia lebih memilih membelai rambut sang suami yang mulai sedikit terlihat memanjang.

"Siapa yang nganter aku semalam?" tanya Alfarez sedikit was-was.

"Ciara, sayang." Jawab Salmita santai.

"CIARA?" tanya Alfarez dengan wajah kagetnya. Bahkan lelaki itu seketika mengangkat kepalanya dari ceruk leher Salmita.

"Hahahaha, bercanda sayangku," jawab Salmita sambil menangkup wajah Alfarez gemas.

"Darwin yang mengantarmu semalam," lanjutnya.

Alfarez kembali bernapas lega. "Syukurlah!" batinnya.

"Kenapa panik gitu sih? Emang bener semalem kamu ketemu sama Ciara? Eh, tapi ya, gak apa-apa juga sih kalau kamu ketemu sama dia."

"Kamu nuduh aku ketemu Ciara?" tanya Alfarez dengan nada kesal.

Hm, kebiasaan! Selalu saja marah jika ketauhan busuknya.

"Aku cuman bercanda sayang. Ya ampun! Tapi kalau kalian ketemuan juga gak apa-apa loh, kenapa kamu malah marah gini? Biasanya sih, kalau marah sama gampang emosian tuh suka bener. Jujur aja sayang dari pada kamu tutup-tutupi gini."

"Kamu gak percaya sama aku hah?!" ucap Alfarez kesal.

Lelaki itu memilih beranjak dari atas ranjang lalu pergi begitu saja masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Salmita sendirian.

"Dia kenapa sih? Bukannya harusnya gue yang marah ya? Aneh!" gumam Salmita kesal.

Salmita memilih pergi keluar dari kamarnya untuk menyiapkan sarapan.

**

"Argh sialan! Kenapa gue malah gak bisa jujur kaya biasanya sama Salmita? Gue malah takut kalau Salmita tau gue semalam nemuin Ciara," kesal Alfarez sambil mengepalkan kedua tangannya.

Faultiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang