Alfarez berlari menyusuri koridor bercat serba putih dengan napas tersengal dan keringat bercucuran disekujur wajahnya. Berkali-kali ucapan kata penyesalan keluar dari bibirnya. Dengan langkah lebar Alfrez berjalan mendekati kedua manusia yang kini saling merengkuh satu sama lain berusaha untuk saling menguatkan.
"Key?" panggil Alfarez lirih.
Keyla menoleh menatap lelaki yang kini terlihat sangat berantakan dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata. "NGAPAIN LO DI SINI BANGSAT!" bentak Keyla sambil menujuk wajah Alfarez.
"Sttt! Tenang ya, Key, tenang." Ucap Damar mencoba kembali merengkuh tubuh rapuh Keyla.
"Dia yang udah bikin Salmita gue menderita Mar! DIA!" tunjuk Keyla lagi.
"Iya, Key, iya. Tapi ini di Rumah Sakit. Gak enak kalau jadi tontonan orang," Damar mencoba menenangkan Keyla.
Alfarez hanya bisa menunduk tanpa mampu membela dirinya sendiri.
"Gimana keadaan Salmita?" tanya Alfarez memberanikan diri.
Damar menghela napasnya berat. "Gagal!" jawab Damar.
Seketika tubuh Alfarez luruh jatuh ke atas lantai. Bahkan ia merasa mati rasa disekujur tubuhnya. "Nggak! Gak mungkin Salmita ninggalin gue secepet ini. Gue belum sempet minta maaf sama dia. Bahkan gue belum sempet bilang cinta sama dia!" gumam Alfarez sambil menggelengkan kepala.
Keyla mendorong tubuh Damar sedikit kasar hingga pelukan lelaki itu berhasil terlepas. Lalu ia berjalan mendekati Alfarez yang kini masih terduduk di atas lantai sambil menatap pintu ruang operasi dengan tatapan penuh luka.
"LO YANG HARUSNYA MATI ALFAREZ. LO! BUKAN SALMITA GUE!" teriak Keyla sambil memukuli tubuh Alfarez yang kini hanya bisa terdiam mematung tanpa berniat membalas.
"LO HARUSNYA MATI DENGAN PERASAAN PENUH PENYESALAN ANJING!" umpat Keyla kembali.
"Maaf.." ucap Alfarez lirih.
Damar sama sekali enggan untuk menarik Keyla. Ia biarkan perempuan itu meluapkan emosinya. Jujur, Damar juga sangat merasa kehilangan Salmita sekarang. Salmita, wanita yang ia cintai sampai detik ini.
"MAAF KATA LO?! KATA MAAF LO GAK BISA BIKIN SALMITA HIDUP LAGI BANGSAT!"
"Sttt, udah Key. Lo tenangin diri lo dulu ya? Setelah ini kita harus ngurus berkas dan jenazahnya Salmita," ucap Damar yang akhirnya memilih mendekati Keyla lalu menarik tubuh perempuan itu untuk menjauh.
"Gue mau ketemu Salmita!" ucap Alfarez.
Keyla menatap tajam kearah Alfarez. "LO GILA!"
Alfarez tidak peduli, lelaki itu berjalan ke ruangan jenazah tempat dimana Salmita berada. Dengan tubuh yang benar-benar terlihat gemetar, wajah penuh air mata dan penyesalan yang luar biasa ia rasakan sekarang, Alfarez memberanikan diri mendekat ke salah satu brangkar yang kini terisi tubuh kaku seorang wanita cantik yang pernah mewarnai hidupnya walaupun selalu ia abaikan kehadirannya.
Tangannya terulur dengan gerakan yang terlihat gemetar. Alfarez mencoba memberanikan diri membuka kain yang sengaja menutupi seluruh tubuh Salmita. "Sal, aku disini. Aku dateng buat jemput kamu, Sal." Air mata Alfarez kembali pecah saat berhasil melihat wajah yang selama ini sangat ia rindukan.
"Sal, kenapa kamu milih pergi ninggalin aku, hah? Kenapa Sal? Bahkan aku belum bisa wujudin kebahagian dan rumah tangga seperti impian kamu dulu. Sal, bilang sama aku kalau ini cuman mimpi? Iya, kan Sal? Ini cuman mimpikan? Bangun Sal! BANGUN! SALMITAAAA!"
***
Alfarez terbangun dari tidurnya dengan wajah penuh keringat dan napas yang tersengal. "Mimpi itu lagi. Argh!" ucap Alfarez sambil mengusap wajahnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
RomanceDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...