Deon

1.9K 227 31
                                    


Pagi hari ini Salmita tidak sengaja bertemu dengan Deon di perpustakaan kampus. Niat hati ingin mencari buku untuk tugas kampus, Salmita malah harus bertemu dengan mantan kekasih yang tidak tau diri itu.

"Sal, kita harus bicara!" ucap Deon yang kini mencoba menahan lengan Salmita.

"Gue sibuk!" tolaknya sambil menepis kasar tangan lelaki itu.

"Sebentar aja, Sal," paksa Deon yang kini kembali menarik tangan Salmita bahkan semakin erat.

"Lepasin!" bentak Salmita sambil mencoba memberontak.

Hari ini perpusatakaan masih terlihat cukup sepi. Mungkin karena Salmita yang terlalu rajin jadi dia menjadi pengunjung pertama di perpustakaan ini.

"Lep—"

Cup

Dengan cepat Deon menyambar bibir Salmita begitu saja. Kejadian itu sangatlah cepat sehingga gadis itu tak sempat menghindar. Salmita yang syok dengan wajah penuh emosi mendorong tubuh Deon cukup kencang. Gadis itu sudah siap memaki lelaki yang kini tengah menatapnya tanpa rasa bersalah namun pandangan Salmita seketika menangkap sosok laki-laki yang kini tengah berdiri tak jauh dari Salmita dan Deon.

"Al—" Salmita menggelengkan kepala.

Alfarez yang masih berdiri di depan pintu perpustakaan dengan cepat membalikan badan lalu pergi begitu saja. Salmita yang melihat Alfarez berjalan menjauh dengan cepat berlari berusaha mengejar Alfarez.

"Al! kamu salah paham. Ini gak kaya yang kamu lihat!" ucap Salmita saat berhasil menahan lengan lelaki itu.

"Kamu sedang menunjukan sifat aslimu Salmita. Dia mantan pacarmu kan? Dan dengan beraninya kalian berciuman di area kampus bahkan di saat statusmu yang sebentar lagi akan segera menjadi seorang istri. Saya paling benci di khianati!" bentak Alfarez yang sama sekali enggan menatap wajah Salmita yang kini sudah penuh dengan air mata.

"Kejadian itu terlalu cepat Al! Aku sendiri juga masih syok. Bahkan aku sudah bersiap untuk menamparnya. Tolong percaya denganku, aku sudah benar-benar tidak mencintainya," jelas Salmita yang masih berusaha menggenggam tangan Alfarez.

Alfarez diam tanpa mau berkomentar atau bahkan menatap gadis di depannya hingga suara lift terdengar terbuka menampakan beberapa mahasiswa di dalamnya. Dengan cepat Alfarez menepis tangan Salmita sedikit kasar. 

"Alfarez!" panggil Salmita tak sadar.

Alfarez menengok ke arah Salmita, "Panggil saya Pak Alfarez! Jangan bersikap tidak sopan dengan dosenmu. Dan satu lagi, kamu tidak saya izinkan masuk ke dalam kelas saya selama seminggu. Mengerti!" ucap Alfarez dengan suara yang meninggi membuat semua mahasiswa yang berada di dalam lift sedikit terkejut saat mendengar suara tegas dari dosen tampan di kampusnya itu.
Lift kembali tertutup meninggalkan Salmita yang masih berdiam mematung dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya. 

Alfarez membentaknya di depan umum.

Salmita memilih pergi meninggalkan kampus. Percuma dia berada di kampus, toh dia juga tidak di izinkan masuk kelas oleh dosen killernya itu.

Salmita memilih duduk di salah satu taman tak jauh dari kampusnya. Menatap langit yang seakan sedang menggambarkan suasana hatinya saat ini.

"Bahkan lo aja ikut mendung kaya hati gue," ucapnya tersenyum getir.

"Mungkin emang gue di takdirin buat hidup sebatang kara, tanpa orang tua dan juga pasangan hidup hahaha, lagian lo berharap apa sih Sal? Lo udah rusak sekarang. Lo cuman punya satu pilihan bertahan atau mengakhiri!" ucapnya lirih.

Tangannya terangkat merasakan air hujan yang sedikit demi sedikit turun membasahi tubuhnya. Gadis itu sama sekali enggan bergerak pergi untuk sekedar meneduh. Bahkan sekarang hujan semakin lebat membuat tubuh rapuhnya kini semakin basah kuyup dan terlihat semakin mengenaskan.

"Pah, Mah,  bawa Salmita pulang sama kalian. Salmita capek, Salmita berantakan, Salmita udah gak utuh!" ucapnya dengan suara tangisan yang semakin terdengar pilu.

***

Tepat pukul 7 malam Salmita baru saja tiba di apartemennya dengan tubuh yang kini masih terlihat setengah basah. Gadis itu memasuki unitnya dengan perasaan hampa, bibir sedikit pucat. lalu ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk sekedar berendam air hangat. Setelah di rasa cukup, Salmita membilas tubuhnya dengan air bersih kemudian berganti pakaian lalu mengeringkan rambutnya yang masih terlihat basah.

Suara bel Apartemen sedikit menggangu aktifitas Salmita. Keningnya berkerut menatap jam dinding di kamarnya yang kini menujukan pukul setengah 9 malam.

"Perasaan gue gak ada janji sama orang deh?" ucapnya bingung.

Gadis itu berjalan dengan sedikit ragu untuk membuka pintu apartemennya. Salmita terkejut saat Alfarez dengan cepat mendorong tubuhnya lalu menyambar bibirnya, menyesapnya dengan sedikit kasar bahkan Salmita berusaha memukul dada lelaki yang dengan tidak sopan mencium bibirnya tanpa permisi.

"Emmhh!" lenguh Salmita.

Alfarez yang merasakan Salmita sudah hampir kehabisan napas melepaskan ciumannya dengan sedikit kasar.

"LO GIL—"

"BIBIRMU ITU HANYA MILIK AKU SALMITA! HANYA AKU YANG BOLEH MENCIUMNYA!" bentak Alfarez dengan wajah yang penuh emosi.

Salmita yang sempat berusaha ingin mengumpat ke arah lelaki itu, seketika menelan salivanya dengan susah payah. Bahkan wajahnya kini sudah penuh dengan air mata. 

"Aku gak tau kalau Deon ada di sana juga Al. De—"

"DIAM! jangan sebut nama bajingan itu di depanku Salmita!" teriak Alfarez semakin marah.

Salmita kembali menundukan kepala takut menatap wajah Alfarez yang kini benar-benar tengah meluapkan emosinya.

"Kamu ini calon istriku Salmita. ISTRI! Setidaknya kamu hargai aku sebagai calon suamimu. Bukan malah bermesraan dengan mantan pacarmu. Oh, atau ini memang caramu untuk membatalkan pernikahan kita? JAWAB!" teriak Alfarez sambil mengguncang tubuh Salmita beberapa kali.

Salmita menggeleng lemah, "Aku mencintaimu, Al. Aku ingin melanjutkan pernikahan kita!" ucapnya lirih.

"KALAU KAMU INGIN MELANJUTKAN PERNIKAHAN INI. BERSIKAPLAH SEBAGAI WANITA YANG BERHARGA SALMITA BUKAN MALAH SEPERTI JALANG!" Bentak Alfarez.

Ucapan Alfarez benar-benar menampar Salmita. Hatinya hancur mendengar ucapan Alfarez yang menyebutnya seperti jalang.

"Bahkan perempuan yang baru saja kamu sebut jalang ini hanya memberikan harta yang dia miliki satu-satunya kepada lelaki brengsek seperti Anda, Bapak Alfarez yang terhormat!" ucap Salmita memberanikan diri dengan menatap tajam ke arah Alfarez. Air matanya semakin deras membasahi wajahnya.

"Pergi!" usir Salmita.

"Sal," ucap Alfarez lirih.

Lelaki itu mulai tersadar dengan ucapannya yang memang terdengar keterlaluan. Alfarez mencoba meraih tubuh wanitanya namun dengan keras Salmita menolaknya.

"Pergi!" Alfarez menggeleng.

"Sayang, maaf."

"PERGI BRENGSEKK!!" teriak Salmita.

***

Faultiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang