"Kamu tau siapa Jordan sebenarnya?" tanya Alfarez yang hanya di balas gelengan kepala oleh Salmita.
"Dia bukan hanya sekedar sahabatku, Salmita. Bahkah dia juga punya se-per empat saham di perusahaanku. Dia mampu memberikan apa pun untukmu. Kalau kamu memang tertarik padanya, pergilah!" perintah Alfarez yang malah terdengar lucu di telinga Salmita.
Cemburu kah dia?
"Kamu mengusirku, sayang? Kalau ini hanya sebagai alasan agar kamu bisa kembali bersama Ciara, pergilah. Biarkan aku tetap di sini, aku mencintaimu dan kamu suamiku. Bahkan pemberianmu jauh lebih aku tunggu dari pada orang lain. Kalau kamu cemburu, ya kamu belikan saja tas mahal itu untukku!" Salmita melepas tangan Alfarez yang sedari tadi menggenggamnya.
Salmita benar-benar kesal dengan ucapan suami tololnya itu. Benar-benar menguji kesabaran seorang Salmita! Dia pikir akan semudah itu membuatnya pergi dari hidup seorang Alfarez Davindra? No! dia bukan wanita lemah yang mudah menyerah.
"Salmita, maaf! Bukan maksudku berbicara seperti itu padamu. Keluarlah sayang," ucap Alfarez sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Gak! Semudah itu kamu melepasku dan menyuruhku pergi dengan sahabatmu, Alfarez! Apa kamu benar-benar hanya menginginkan tubuhku lalu setelah kamu mendapatkannya, kamu membuangku begitu saja?" teriak Salmita dari dalam kamar mandi. Bahkan isakan tangis terdengar jelas di telinga Alfarez saat ini.
"Sayang, maaf," sesal Alfarez.
Salmita berusaha meredam tawanya. Ya, suara tangisan buaya berhasil Salmita mainkan di dramanya kali ini.
"Alfarez, Alfarez. Ciara bukan sainganku, mengerti!" kesal Salmita.
Suara ketukan pintu kembali terdengar. "Sayang, please, maafin aku ya? Buka pintunya dulu sayang," ujar Alfarez yang kali ini benar-benar merutuki kebodohannya.
Entah mengapa kali ini ia sangat merasa bersalah terhadap istrinya. Padahal jika di pikir malah bagus kalau Salmita merasa sakit hati dengan ucapannya lalu memilih pergi meninggalkanya dan ia dengan mudah bisa kembali bersama Ciara.
"Argh! ada apa denganku sekarang?" geram Alfarez pelan.
Pintu kamar mandi baru saja terdengar terbuka. Menampilkan sosok wanita yang kini menampakan wajah sendunya.
"Kamu jahat sayang! Kamu terlalu merendahkanku. Bahkan kamu bisa lihat dengan kepala matamu sendiri kalau aku sama sekali tidak menerima hadiah dari Jordan. Kalau kamu merasa cemburu sama dia, ya kamu tegur dia bukan aku. Tapi kalau hal kecil ini memang membuatmu menjadikan alasan untuk bercerai denganku, ya udah. Selesaikan!" tantangnya.
Salmita kini memilih duduk di tepi ranjang dengan kepala menunduk enggan menatap suaminya yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Hei, maaf sayang, aku.. aku salah," ucap Alfarez sambil menggenggam kedua tangan Salmita lalu mengecupnya lembut.
"Kamu keterlaluan Alfarez. Apa kamu mau aku ke kamar Jordan sekarang lalu bermalam bersamanya?" tanya Salmita dengan wajah kecewa.
"NO! Jika kamu berani selangkah saja keluar dari kamar ini, aku akan membunuh Jordan dengan tangan kosongku!" ancam Alfarez.
"Bukankah itu jauh lebih baik Al? Kamu bisa bebas bersama Ciara setelah ini."
"Jangan bicara seperti itu Salmita, aku mohon."
Salmita masih memasang mode dramanya. Jangan terlalu cepat memaafkan suaminya, pikirnya. Mungkin dengan membawa masalah ini sampai besok pagi akan membuat Alfarez semakin merasa bersalah. Hehehe :)
"Aku capek, mau tidur. Selamat malam sayang, aku mencintaimu!" pamit Salmita.
Alfarez menatap sendu ke arah wanita yang kini sudah membaringkan badannya di atas ranjang. Membalut tubuhnya dengan selimut bahkan ia kini memilih memunggunginya.
"Aku juga mencintaimu, Salmita." ucapnya dalam hati.
Alfarez ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Salmita. Diam-diam memeluk tubuh istrinya dari belakang. Jantung Alfarez berdebar, takut mendengar ucapan Salmita yang ingin pergi menemui Jordan.
Atau mungkin sekarang sudah waktunya Alfarez melepaskan Ciara dan fokus pada rumah tangganya bersama Salmita? Entah, Alfarez masih bimbang. Namun yang pasti Alfarez takut, takut Salmita menyerah dan pergi meninggalkannya.
"Izinkan aku memeluk tubuhmu, Salmita. Aku di sini akan menemanimu. Maaf, harusnya aku bisa mengontrol emosiku tadi. Aku salah, aku malu karena laki-laki lain lebih memperhatikanmu tapi aku, suamimu malah mengabaikanmu," sesal Alfarez sambil mengecup bahu Salmita beberapa kali.
"Sayang, aku bukan perempuan yang mudah tergoda hanya dengan barang mahal. Kamu salah menilaiku. Aku tulus mencintaimu, bahkan jika kamu bukan seorang Alfarez Davindra pun aku akan tetap mau menjadi istrimu," balas Salmita yang kini sudah membalikan badannya, menatap wajah suaminya dengan tatapan memuja.
Kali ini semua perkataan Salmita adalah sebuah kebenaran. Salmita jatuh cinta dengan suaminya, Alfarez Davindra. Namun lagi-lagi logika Salmita bekerja, mencintai lelaki ini bukan berarti harus menjadi lemah dan mudah di jadikan boneka. Salmita, sampai kapanpun akan menjadi sosok pertama dan terakhir yang akan menyandang sebagai Nyonya Alfarez Davindra.
***
Halooo!!! wkwkw maaf ya lama updatenya heheh
Ini pemanasan lagi, dikit dulu biar gak lupa sama alurnya. Tapi tenang, habis ini bakalan rajin up karena memang aku mau endingin di bulan november ini xixixix
Oh, iya.. banyak bngt yg dm atau chat aku kalau mereka kangen Alvaron dan Salira, huhuhu aku juga kangen tp life must go on kan ya? jadi selamat bertemu Alfarez dan Salmita guys!
Love you, Bitha
![](https://img.wattpad.com/cover/370467541-288-k175464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
RomanceKisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk hidup dan matinya. Kepergian kedua orang tuannya membuat Salmita harus bertemu dengan sosok lelaki yang ternyata adalah Dosen muda di kampusnya, Alfarez Davindra. Namun sialnya, Salmita malah t...