Alfarez menyesap rokoknya dengan sesekali mendesis kesal. Ini sudah rokok ke 5 yang Alfarez habiskan.
Setelah berhasil menyiksa batin dan fisik Salmita, lelaki itu memilih keluar ke balkon kamarnya. Berdiam diri dengan merutuki kebodohannya. Alfarez gila! Ya, dia gila karena takut kehilangan Salmita.Suara tangis yang terdengar menyakitkan ditelinga Alfarez membuatnya semakin merasa jijik terhadap dirinya sendiri. Bahkan untuk menampakan wajahnya didepan Salmita, Alfarez tidak berani.
"Kenapa lo nyiksa gue kaya gini Al? kenapa?" rintih Salmita yang masih terbaring diatas ranjangnya sambil meremas kuat selimut yang membalut tubuh rapuhnya.
"Maaf.." jawab Alfrez lirih yang sebenarnya sama sekali tidak bisa di dengar oleh Salmita.
Salmita mengusap wajahnya kasar kemudian bangun dari tempat tidurnya, memunguti pakainya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Alfarez yang sedari tadi melihat pergerakan Salmita dari kaca pintu balkon hanya bisa menatapnya nanar.
"Anjing!" umpatnya pada dirinya sendiri.
Alfarez memilih membuang putung rokok yang masih tersisa setengah lalu berjalan masuk duduk di atas ranjangnya menunggu Salmita keluar dari dalam kamar mandi.
Suara pintu kamar mandi terdengar terbuka, menampilkan sosok Salmita yang berjalan keluar dengan wajah penuh air mata dan sudut bibir yang berubah menjadi kebiruan karena ulahnya.
"Sal?" panggil Alfarez lembut.
Salmita enggan menanggapi lelaki itu. Ia memilih berjalan ke arah lemari lalu mencari amplop coklat yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari. Ia sedikit membuang napasnya lalu berjalan ke arah Alfarez kemudian menyodorkan amplop cokelat itu kehadapan Alfarez.
"Ini apa?" tanya Alfarez bingung.
"Surat gugatan cerai dari gue." Balas Salmita dengan suara dingin.
"SAL!" suara Alfarez kembali meninggi bahkan ia kini sudah berdiri gagah di depan Salmita.
"Mari kita bercerai Alfarez. Gue udah muak dengan pernikahan bodoh ini!" ucap Salmita dengan wajah yang terlihat menantang ke arah Alfarez.
Alfarez menggeleng, "gak! aku gak mau pisah dari kamu, Sal."
"Tapi aku mau pisah dari kamu!"
Alfarez jatuh berlutut di depan Salmita. Tanganya terangkat meraih tangan perempuannya.
"Jangan tinggalin aku Sal, aku mohon!" ucapnya frustasi.
Salmita berusaha menahan segala perasaannya agar tidak mudah terpengaruh dengan perkataan Alfarez. Bahkan ia meremas kuat ujung bajunya agar tidak menangis dihadapan Alfarez.
"Harusnya ucapan itu kamu lontarkan kemarin Al. Aku lelah! Aku lelah harus selalu berpura-pura kuat padahal aku hancur. Aku lelah dengan pernikahan yang berjalan sepihak ini. Aku lelah hanya menjadi bayang-bayang hubunganmu dengan Ciara. Aku lelah Al. LELAH!" teriak Salmita.
Alfarez menundukan kepalannya. Tangannya masih setia menggenggam tangan Salmita, bahkan genggaman itu semakin kuat seakan hari ini adalah hari terakhirnya menggenggam tangan istrinya.
"Maaf Sal, maaf..." hanya itu yang bisa Alfarez ucapkan sekarang.
"Kata maaf gak akan pernah cukup Al. Rasa sakitku sudah dalam dan bahkan perlakuanmu tadi malam semakin meyakinkanku untuk berpisah darimu."
"Al, cukup! Cukup untuk menyiksa aku dengan cinta semumu Al. Aku juga mau seperti Ciara yang dicintai dengan hebat oleh kekasihnya. Tapi aku sadar, semua itu hanya angan..." Salmita mengambil napas dalam-dalam sebelum kembali melanjutkan ucapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
Roman d'amourDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...