Fun Fact

917 150 31
                                    

2 minggu sebelum ke Turkey,

"Thank you, ya, Mar!" ucap Salmita untuk ke sekian kalinya.

"Makasih mulu lo!" jawab Damar sambil mengusap pelan kepala Salmita.

"Ya, basa-basi doang, gue, anjir!" balas Salmita di iringi tawanya.

"Hati-hati lo di sana. Inget jangan sampai telat! Gue bakalan cek lo tiap detik, tiap menit. Ngerti?"

"Mulai deh posesipnya, ck." Balas Salmita dengan menampakan wajah cemberutnya.

"Gue takut lo kenapa-kenapa Salmita. Inget, masih ada gue yang selalu nunggu lo pulang," ucap Damar yang tangannya kini turun mengusap pipi Salmita yang terlihat sedikit tirus.

"Ck, kok kempot gini sih? Gak di kasih makan ya, lo sama laki lo?" ejek Damar dengan nada sedikit kesal.

"Enak aja! Bahkan mulut lo aja bisa gue beli sekarang!"

"Belagu amat mentang-mentang istri sultan!"

"Iri aja lo!"

"Yee, ngapain gue iri? Lo aja cuman buat selingan!"

Salmita yang tidak terima dengan ucapan Damar langsung mengepalkan tangannya kemudian memukul lengan Damar beberapa kali.

"Emang monyet kaya lo itu pantesnya di suntik vaksin rabies mati deh. Kesel gue!" kesal Salmita sambil masih berusaha memukul tubuh Damar yang malah tampak tertawa senang.

"Hahahaha sini suntik pakai bibir lo aja, gue ikhlas!"

"Najis!"

"Halah, najis-najis! Awas ntar di Turkey lo bakal kangen sama gue." Ujar Damar penuh percaya diri.

"Pede mampus! Udahlah, balik gue. Ntar laki gue kelimpungan nyari gue," pamit Salmita.

"Kaya di anggep ada aja lo!"

"Diem ya boti!" ucap Salmita sambil menujuk Damar kemudian berjalan begitu saja meninggalkan Damar yang kini memasang wajah kesalnya.

"Monyeddd!" umpat Damar.

Damar tersenyum menatap kepergian Salmita, "Lo bener-bener gak berubah Sal. Masih sama, masih kaya Salmita yang gue kenal. Ceria dan gak gampang menyerah. Please, hidup lebih lama lagi Salmita Isvara."

**

Salmita berjalan menyusuri koridor gedung bercat putih dengan sesekali melemparkan senyum ramahnya kepada siapapun yang tak sengaja berpapasan dengannya hingga langkahnya seketika terhenti ketika melihat sosok tak asing baginya tengah berjalan dengan sedikit tergesah-gesah.

"Ciara? Ngapain dia di sini?" gumamnya pelan.

Namun dengan cepat Salmita menggelengkan kepala mencoba menghiraukan keberadaan Ciara. "Ck, bukan urusan gue!"

Salmita kembali melangkah hendak pergi meninggalkan gedung ini namun lagi-lagi Salmita menangkap sosok Ciara yang sedang serius mengobrol dengan salah satu Suster Rumah Sakit. Kemudian perempuan itu masuk kedalam salah satu ruangan yang malah membuat rasa ingin tau Salmita muncul begitu saja.

"Ngapain itu uler masuk ke ruangan khusus?" gumam Salmita penuh tanda tanya.

Salmita memilih duduk di salah satu bangku yang jaraknya cukup jauh dari ruangan dimana Ciara berada. Namun dari sini Salmita masih bisa dengan leluasa memantau pergerakan Ciara.

"Kok perasaan gue gak enak ya?"

Setelah sepuluh menit berlalu, Ciara keluar dari ruangan itu lalu berjalan kembali menemui Suster yang tadi sempat mengobrol dengannya.

Faultiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang