Sudah lebih dari seminggu Alfarez disibukan dengan menjaga dan merawat Ciara. Bahkan tak jarang Alfarez memilih bermalam di Rumah sakit tempat Ciara di rawat seperti malam ini.
"Sampai kapan kamu menutup mata cantikmu itu Ciara?" Ujarnya sambil sesekali mengecup punggung tangan Ciara.
Getaran pada ponselnya membuat ia melepas genggaman tangannya lalu merogoh saku celananya, mengambil benda pipih itu kemudian memilih berdiri berjalan sedikit menjauh ke arah jendela kamar rawat Ciara.
"Hallo, Salmita?" sapanya pada wanita yang akhir-akhir ini jarang ia temui tapi berhasil memenuhi pikirannya.
Ah, rasanya Alfarez rindu dengan istrinya.
"Kamu gak pulang lagi Mas?" tanya Salmita dari sebrang sana.
"Maaf Sal, tadi Dokter mengabariku, katanya Ciara sempat sadar makanya aku buru-buru ke rumah sakit. Maaf aku lupa mengabarimu," jawab Alfarez tak enak hati.
"Oh, terus gimana keadaan Ciara? Kamu udah bisa ngobrol dong sama dia?" tanya Salmita yang terlihat tenang.
"Sayangnya belum. Dia kembali koma," jawab Alfarez dengan menghela napasnya panjang terlihat kecewa.
"Kamu yang sabar ya Mas? Aku yakin setelah ini kalian bisa kembali bersama-sama." Ucap Salmita sambil tersenyum di balik ponselnya.
"Sal?"
"Yaudah, aku tutup dulu ya Mas? Aku udah ngantuk banget nih! Tugas kuliahku banyak banget. Jangan tidur malem-malem Mas. Aku cinta kamu!"
"Sal? Salmita?!"
tut..tut..tut..
Salmita menutup panggilan itu secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari Alfarez.
"Argh!! Kenapa semua malah jadi serumit ini sih? Gue udah mulai jatuh cinta sama Salmita. Tapi Ciara juga butuh gue sekarang. Bangsat!" umpat Alfarez sambil menjambak frustasi rambutnya.
"Sal, maafin aku. Jangan tinggalin aku Sal," ucapnya lirih.
**
Salmita memilih melempar ponselnya asal ke atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan penuh luka.
"Aku kangen kamu, Mas." Ucap Salmita lirih.
Bahkan bulir-bulir air mata sudah berhasil jatuh dari mata indahnya. Bohong jika di bilang Salmita perempuan kuat. Salmita hanya berusaha menutupi sakitnya selama ini. Membentengi dirinya agar tidak terlalu jatuh ke dalam permainannya sendiri. Namun naasnya, Salmita kalah.
"Mas, aku takut. Aku gak bisa tanpa kamu, Mas. Sakit, ini sakit!" ringis Salmita sambil meremas dada sebelah kirinya.
"Aku butuh kamu, Alfarez Davindra. Aku istri kamu, aku lebih berhak atas kamu dibanding Ciara! Tapi aku sadar, aku bukan rumahmu untuk pulang."
Suara tangisan perempuan itu semakin terdengar pilu bahkan jika ada yang mendengar, mungkin akan berlari secepatnya untuk memeluk tubuh yang terlihat kuat di luar namun nyatanya rapuh di dalam.
Cukup lama Salmita menangisi keadaan hidupnya hingga perempuan itu terlelap dengan sisa air mata yang masih terlihat menggenang membasahi wajahnya.Pagi harinya, Salmita bangun dengan mata yang terlihat membengkak membuat ia membuang napasnya kesal.
"Gue ngapain sih semalem? Bukan gue banget!" kesalnya sambil menatap wajahnya di cerimin kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
RomanceDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...