Puzzles

2.9K 274 31
                                    

Salmita memilih pergi ke salah satu cafe yang tidak jauh dari kampusnya. Ia sangat malas bertemu dengan Alfarez yang sialnya hari ini mengajar di kelasnya. Gadis itu lebih memilih menikmati pemandangan dari jendela cafe sambil sesekali menyeruput Ice Cappuccino pesanannya. Salmita mendengus kesal saat beberapa kali mendengar suara deringan dari ponselnya. Siapa lagi jika bukan Alfarez, dosen sekaligus calon suaminya.

"Mau lo telepon gue seribu kali, mau lo cari gue sampai ujung dunia, gue gak peduli! Lo pikir gue serius cinta sama lo? Gue gak selemah itu Alfarez Davindra! Untung gue masih bisa menahan diri gue," ucap Salmita menatap layar ponselnya sambil tersenyum licik.

Di kampus, Alfarez benar-benar di buat tidak fokus saat mengajar. Bahkan ia lebih memilih memberikan tugas kepada mahasiswanya lalu kembali masuk ke ruangnya. Lelaki itu kini tampak frustasi sambil beberapa kali mencoba menghubungi gadis nakal yang sebentar lagi akan menjadi istrinya, Salmita. 

"Sialan! Berani-beraninya dia membolos di jam mata kuliahku. Bahkan sekarang dia menghilang tanpa kabar!" umpat Alfarez sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Jangan harap kamu bisa lari dari saya, Salmita! Kamu sudah bermain sejauh ini dan sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskan kamu!" lanjut Alfarez dengan tatapan tajam dan rahang yang mengeras menahan amarah.

***

Dengan langkah gontai, Salmita berjalan menyusuri lorong apartemennya yang sudah tampak terlihat sepi. Ia memilih menghabiskan seharian waktunya untuk pergi menonton dan berjalan-jalan di salah satu mall. Pikirannya sangat penuh, ia butuh menghilangkan stress karena permasalahan hidupnya yang cukup menguras energi gadis itu. Bahkan ia baru saja keluar mall saat mall itu sudah hampir tutup. Tepat pukul 10 malam Salmita baru saja tiba di apartemennya.

"Apa gue nyerah aja ya?" gumamnya.

"Ah, lo emang tolol Salmita. Ayolah berpikir yang realistis!" kesal Salmita pada dirinya sendiri.

Salmita Isvara, perempuan mandiri yang di bentuk karena keadaan. Jika kalian pikir Salmita gadis yang lemah, kalian salah! Bahkan gadis itu rela melakukan hal bodoh untuk bertahan hidup. Semua demi kehidupan dan masa depan dirinya yang sebatang kara.

"Alfarez Davindra, lihat siapa yang akan bertekuk lutut di sini, gue atau lo Bapak Dosen mesum yang tidak terhormat!" umpat Salmita meremehkan Alfarez.

Setelah tiba di depan pintu unitnya, Salmita segera membuka pintunya lalu masuk dan menyalakan lampu apartemennya. Salmita hampir saja berteriak saat mendapati sosok laki-laki yang kini tengah menatapnya tajam duduk di sofa ruang tamunya. Salmita menelan ludahnya susah payah.

"DARI MANA SAJA KAMU!" bentak Alfarez yang membuat Salmita seketika terlonjak kaget.

"Ba..ba..pak ngapain di sini?" tanya Salmita gugup.

"Terus siapa yang ngizinin Bapak masuk apartemen saya tanpa izin? Dari mana juga Bapak tau password apartemen saya!" kesal Salmita yang merasa Alfarez sama sekali tidak sopan.

"SAYA TANYA KAMU DARI MANA!" ulang Alfarez yang kini sudah berdiri di hadapan Salmita.

"Bahkan kamu sudah berani mengabaikan panggilan saya, Salmita Isvara!" lanjut Alfarez sambil mencengkram kuat lengan Salmita.

"Argh!  Lepasin!" ringis Salmita sambil berusaha melepas cengkraman tangan Alfarez.

"Jawab dulu kamu dari mana, HAH!" bentak lelaki itu lagi,

"Gue ke Mall!" teriak Salmita tepat di depan wajah Alfarez.

"Kenapa tidak mengangkat panggilan saya!"

"Hape gue lowbatt!" jawab Salmita jujur.

"Kamu mau mempermainkan saya, Salmita!" ujar Alfarez yang kini berpindah mencengkram pipi Salmita.

"ARGH!" teriak Alfarez sambil melepas kasar cengkraman pada pipi Salmita lalu mengacak rambutnya asal.

"Ssshh.." lenguh Salmita saat pipinya merasa sakit karena ulah Alfarez.

"JAWAB!" belum sempat Salmita menjawab, Alfarez kembali membentaknya.

"Main-main apa maksud kamu?" jawab Salmita akhirnya.

"Jangan pura-pura lupa dengan ucapanmu tadi pagi tentang pernikahan kita Salmita!"

"Aku tidak pernah lupa dengan ucapanku Alfarez. Aku memang ingin membatalkannya!" ancam Salmita.

Alfarez semakin terpancing emosi saat mendengar ucapan Salmita. Namun Salmita sama sekali tidak peduli bahkan ia berjalan dengan santai melewati Alfarez menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih.

Alfarez menangkap setiap pergerakan Salmita dengan tatapan tajam dan tangan yang sedari tadi mengepal berusaha meredam amarahnya.

"Saya capek mau istirahat. Bapak pulang aja," usirnya secara tidak langsung.

Alfarez enggan menjawab. Tatpannya semakin tajam tak kala melihat Salmita memungut tas dan ponselnya yang tergeletak di atas sofa lalu berjalan begitu saya masuk ke dalam kamarnya. Namun baru saja Salmita  membuka pintu kamarnya, tubuhnya di dorong cukup keras oleh Alfarez. Bahkan lelaki itu kini membanting tubuh Salmita ke atas ranjang. 

"Argh!" teriak Salmita saat kakinya tidak sengaja terbentur kaki ranjang.

"ANJING LO!" umpat Salmita tak terima.

Alfarez benar-benar membuatnya muak kali ini.

"Lo gila ya!" lanjut Salmita.

"Kamu baru sadar kalau aku gila Salmita? Ya, aku gila karena perempuan nakal sepertimu!" ucap Alfarez yang kini sudah berada di atas tubuh Salmita.

Salmita memilih membuang mukanya tanpa mau menatap wajah lelaki yang kini tengah menatapnya tajam.

"Tatap saya!" perinta Alfarez sambil menarik dagu Salmita agar menghadapnya.

Salmita dengan terpaksa menatap wajah lelaki itu dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Dengar Salmita Isvara! Kamu sudah berani masuk ke dalam kehidupan seorang Alfarez Davindra. Jadi jangan pernah bermimpi untuk membatalkan pernikahan ini. PAHAM!" bentak Alfarez di akhir kalimatnya.

Salmita enggan menjawab ancaman Alfarez. Malahan di saat Alfarez kembali mencengkram pipinya, Salmita menampakan senyum liciknya.

"Let's play, Alfarez Davindra!" batin Salmita.



***

Hai, masih mau nungguin cerita ini gak sih? Btw, narasinya sedikit aku rubah supaya sedikit rapi ya..

Jangan lupa vote dan comment.

Thank you!


Faultiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang