"Jadi gimana Mar?"
"Gue kan udah bilang jangan sampai lo skip, Salmita!" kesalnya.
"Ya, kan, kemarin gue habis pergi honeymoon sama laki gue," balas Salmita sambil menundukan kepala.
"Huh!" helaan napas panjang kembali terdengar di telinga Salmita untuk kesekian kali.
"Suami lo tau?"
Salmita menggeleng, "Dia mana peduli sih, Mar?"
"Ck! Ceraiin aja napa sih Sal? Lagian lo itu cantik, pinter. Kenapa malah mau jadi second choice padahal lo yang lebih berhak atas dia. Gila!" kesal Damar.
Ya, Salmita kini tengah menemui salah satu sahabat lelakinya Damar. Damar yang baru saja pulang ke Indonesia beberapa bulan lalu dari Amerika tidak sengaja berpapasan di salah satu kafe terdekat dari tempat Damar bekerja sekarang.
"Gak segampang itu Damar."
"Iya, gak gampang! Karena lo udah keburu jatuh cinta kan sama dia?"
Salmita diam tanpa bisa menjawab pertanyaan Damar.
"Lo harus ke sini lagi minggu depan! Kalau gak ada perubahan terpaksa gue seret lo kabur ke Singapur. Masa bodoh gue di bunuh sama suami anjing lo itu. Gue gak peduli!" tegas Damar.
Salmita mengambil napas panjang lalu menatap dalam ke arah Damar, "Mar, gue kayaknya mau nyerah."
"Sama hidup lo?" tanya Damar yang mulai tersulut emosi.
Salmita menggeleng cepat. "Bukan, tapi sama Alfarez. Kayanya lo bener deh, gue gak butuh semua ini. Gue bakalan pergi dari hidup Alfarez, gue bakalan tinggalin semuanya. Tapi..." ucap Salmita menggantung.
"Tapi kenapa?" tanya Damar.
"Gue takut sendiri Mar. Gue gak sekuat itu," ujarnya dengan perasaan takut dan gamang.
Damar mengulurkan tangannya, mengusap lembut punggung tangan Salmita seakan ingin menyalurkan kekuatan pada perempuan yang sejak dulu menjadi pusat dunianya.
"Gue temenin lo, gue bakalan ada di samping lo. Lo mutusin pergi, gue tanda tangan surat mutasi kerja gue ke sana. Kita lalui sama-sama, Sal. Gue janji!" ucap Damar penuh keyakinan.
"Mar?"
"Gue masih sama Sal, masih seperti janji gue lima belas tahun yang lalu. Apapun akan gue usahain demi lo. Oke?"
Salmita mengangguk, lalu tersenyum manis ke arah Damar. "Gitu dong, kan cantik kalau lagi senyum!" goda Damar yang malah mendapat cubitan pada tangannya yang sedari tadi bertengger sempurna di atas tangan Salmita.
"MODUS!" kesal Salmita.
"Sambil menyelam minum air kan, Sal? hahaha."
"Lo tampan, lo pinter, lo Dokter muda spesialis bahkan. Lo bisa dapetin perempuan yang lebih dari gue Damar. Please, cintai gue secukupnya. Gue gak pantas dapetin cinta dari lelaki sebaik lo."
"Ck, mulai! Perasaan, perasaan gue dan gue juga gak ganggu rumah tangga lo kan? Jadi biarin aja gue nikmatin moment ini sama lo, kalau pun nanti endingnya gue gak sama lo, yaudah. Emang gue di kirim Tuhan cuman buat jagain seorang Salmita Isvara biar gak bucin dan goblok mampus sama seorang Alfarez Davindra!" ujar Damar sambil menaik turunkan sebelah alisnya.
"Sialan lo!" kesal Salmita sambil melempar bolpoin di depannya.
"Anjir! Masih bar-bar aja, busett!" kesal Damar sambil mengusap keningnya yang baru saja terkena lemparan bolpoin dari Salmita.
"Hahahaha, udahlah gue cabut. Si Keyla dari tadi gak berhenti chat gue anjirr, berisik!" kesal Salmita.
"Yaudah sono! Jangan lupa, seminggu lagi. Oke? Awas lo telat! Gue bakalan kasih tau Alfarez tentang ini." Ancam Damar.
"Iye, iyee! Dasar tukang adu domba. Udahlah, thanks ya, Mar," pamit Salmita yang kemudian beranjak dari ruangan Damar.
"Hati-hati!"
"Siap!"
Setelah kepergian Salmita, Damar kembali fokus pada kertas yang berserakan di atas mejanya. Lelaki itu meraih satu per satu kertas itu, lalu menyimpannya pada satu map yang bertuliskan Salmita Isvara kemudian menyimpannya pada laci yang berisi berkas-berkas penting miliknya.
"Gue harap, Alfarez segera sadar ya Sal, gue tau lo nikah sama dia bukan sekedar karena lo mau lunasi hutang-hutang peninggalan mendiang orang tua lo. Lebih dari itu kan?" ujar Damar tersenyum sambil membelai wajah Salmita yang terbingkai rapi pada figura kecil di atas meja kerjanya.
"Lo harus berjuang buat dapetin apa yang seharusnya jadi milik lo, Salmita. Walaupun gue harus ngorbanin perasaan gue sendiri. Gue gak apa-apa, asal lo bahagia Sal," lanjutnya.
Tok! Tok! Tok!
Fokus Damar buyar saat pintu ruangannya di ketuk kembali dari luar, "Masuk!" perintahnya.
"Dok, ini hasil cek laboratoriumnya sudah keluar," ujar salah satu suster yang bertugas.
"Terima kasih, Sus."
"Sama-sama, Dok. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Iya, silahkan."
**
"Habis ketemu Damar lagi?" tanya Keyla.
Salmita mengangguk sambil kembali menyesap jus jeruknya.
"Gimana? Apa kata Damar?" tanya Keyla kepo.
"Ya, gitu. Gue di omelin sepanjang jalan kenangan!" kesal Salmita.
"Ya, lo batu anjir! Gue kalau jadi Damar juga gedek ngadepin spesies macem lo!" umpat Keyla.
Salmita tersenyum membayangan wajah posesif Damar. "Kenapa gue gak jodohin lo sama Damar ya?" ucap Salmita tiba-tiba.
Mata Keyla seketika membulat lalu dengan gerakan cepat menjitak kepala Salmita. "Orgil! Yang bener aja anjir! Gue sama Damar aja kaya anjing sama kucing, gak bisa akur. Ini segala lo jodohin, yang ada dunia hancur, Salmita Isvara! Stresss..." kesal Keyla.
Salmita tertawa sambil mengusap kepalanya, "tapi lo suka kan sama Damar?" tanya Salmita dengan memincingkan matanya menghadap Keyla.
"Dih, Najis! Gak sudi!" sergah Keyla cepat.
"Awas, yang awalnya benci banget nanti jadi cinta banget loh!" ledek Salmita yang kini sudah berdiri dari duduknya.
"Amit, amit! Eh, mau kemana?" tanya Keyla.
"Cabut! Mau ke kantor suami," pamit Salmita lalu pergi begitu saja meninggalkan Keyla.
"Anjir?" ucap Keyla tiba-tiba saat tersadar ada yang aneh saat Salmita pergi meninggalkannya.
"SALMITA ANJINGG! INI BELOM DI BAYAR BEGOO!" teriak Keyla kesal.
***
Perihal Damar, aku berterima kasih.
Hadirnya seperti payung yang selalu melindungiku dari tetesan hujan.
Namun, sehebat apapun Damar, Alfarez akan selalu menjadi tempatku pulang.
Entah sampai kapan, hanya aku dan Tuhan yang tau kapan waktunya berhenti dan pergi meninggalkan.
Salmita, Tak ada ujungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
عاطفيةDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...