Alfarez mencoba kembali meraih tubuh Salmita. Namun lagi-lagi Salmita memberontak bahkan Salmita mendorong tubuh lelaki itu kuat."PERGI GUE BILANG!!" teriak Salmita lagi.
"Maaf, aku ke bawa emosi," sesal Alfarez.
"Mending kita batalin pernikahan ini sekalian. Gue gak butuh tanggung jawab dari pria brengsek yang mulutnya penuh sampah kaya lo!" umpat Salmita sambil menatap tajam ke arah Alfarez.
Alfarez menggeleng pelan, "Hei, aku minta maaf ya, aku gak mau pernikahan kita batal, oke?" ucap Alfarez yang kini berhasil menangkup pipi Salmita.
Salmita hanya diam tanpa mau menatap lelaki di depannya.
"Aku pulang. Besok aku jemput ya? Kita berangkat bareng ke kampus," lanjut Alfarez dengan suara lembut sambil mengusap pipi Salmita lalu menarik kepala perempuan itu kemudian ia kecup keningnya.
Salmita hanya bisa memejamkan mata saat Alfarez mendaratkan ciuman di keningnya.
"Istirahat. Jangan begadang Salmita. Good night!" ucapnya sambil mengusap kepala Salmita lembut kemudian berjalan pergi meninggalkan Apartemen Salmita.
Setelah pintu benar-benar tertutup. Tubuh Salmita seketika merosot ke lantai. Ia kembali menangis bahkan tangisannya kini semakin terdengar menyesakan di telinganya sendiri.
"Lo sakit Alfarez! Sakit!" ucap Salmita lirih.
***
"ARGHHH!!!" teriak Alfarez di dalam mobil.
"Bisa-bisanya gue kelepasan gini sama Salmita," lanjutnya mengacak asal rambutnya frustasi.
"Deon, laki-laki itu harus di beri pelajaran."
Alfarez meraih ponselnya yang berada di saku celana lalu menekan tombol berwarna hijau untuk menghubungi seseorang.
"Halo! Beri dia pelajaran. SEKARANG!" perintah Alfarez dengan suara meninggi kemudian memutus sambungan teleponnya secara sepihak.
"Jangan pernah sentuh milik saya jika kamu tidak ingin habis di tangan saya bocah tengil!" ucapnya dengan tatapan tajam dan senyuman licik di wajahnya.
Setelah itu Alfarez memilih menyalakan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan Apartemen Salmita.
***
Pagi ini sesuai janji Alfarez, ia sudah berada di depan pintu Apartemen Salmita menunggu perempuannya membukakan pintu untuknya.
Alfarez tersenyum saat melihat Salmita yang kini sudah siap dengan pakaian kuliahnya. Hijab berwarna cokelat susu dan kemeja putih polos di padukan dengan celana kain berwarna senada dengan hijabnya. Tunggu! Ada yang berbeda dari gadis di hadapannya sekarang. Tak ada senyuman di wajah cantiknya namun matanya terlihat membengkak sedikit menyayat hati Alfarez.
"Pagi!" sapa Alfarez.
"Masuk dulu. Saya belum sempat sarapan," ucap Salmita cuek sambil sedikit menggeser tubuhnya agar Alfarez bisa masuk ke dalam Apartemennya.
Alfarez menurut. Lelaki itu berjalan memasuki Apartemen Salmita lalu duduk di kursi meja makan yang kini sudah tersedia dua piring nasi goreng buatan Salmita.
"Sisa nasi semalam. Jika mau makanlah tapi kalau tidak selera yasudah biar saya makan lagi setelah pulang dari kampus," ucap Salmita tanpa mau menatap lelaki yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan.
Salmita tidak peduli. Ia lebih memilih fokus memakan nasi goreng di hadapannya.
Alfarez tersenyum tipis lalu menyendokan sesuap nasi goreng itu ke mulutnya.
"Enak, kamu jago juga masaknya," puji Alfarez.
"Sekedar nasi goreng dan semua orang bisa memasaknya. Gak usah berlebihan!" jawab Salmita dingin.
Alfarez menghela napasnya pelan. Ternyata susah membujuk seorang Salmita untuk kembali seperti semula. Lelaki itu memilih memberikan sedikit waktu untuk perempuannya itu.
Keduanya kini sudah berada di dalam mobil Alfarez untuk menuju kampusnya.
"Saya turun di depan saja. Malas mendengar gosip mahasiswa lain kalau liat saya keluar dari mobil Bapak!" ujar Salmita yang sedari tadi memilih menatap jalanan dari kaca mobil Alfarez.
Alfarez memilih tidak menjawab namun lelaki itu menuruti ucapan Salmita.
Mobil Alfarez berhenti tepat di toko buku tidak jauh dari kampusnya. Salmita yang memang ingin turun di sini sudah bersiap melepaskan seatbeltnya lalu tangannya terangkat membuka pintu mobilnya.
Sialnya pintu mobil itu sengaja di kunci oleh Alfarez.
"Buka gak!" ucap Salmita menatap tajam ke arah Alfarez.
"Apannya?"
"Buka!"
"Masih pagi sayang, gak enak juga kalau di mobil," jawab Alfarez santai.
Mata Salmita seketika membulat mendengar ucapan Alfarez barusan.
"BUKAK PINTUNYA ANJENG! Gak usah kotor pikiran lo! Dasar dosen MESUM!" bentak Salmita.
Alfarez tersenyum tipis. Ternyata melihat Salmita marah atau mengomel membuatnya lebih bahagia dari pada melihat Salmita mendiamkannya tanpa suara.
"Gila ya lo? senyum-senyum gak jelas!" kesal Salmita sambil beberapa kali mencoba membuka pintu mobil Alfarez.
Alfarez masih diam menikmati wajah menggemaskan Salmita tanpa berniat membuka pintu mobilnya.
"Ck! Lo budek ya? Gue bilang buka ya bu—"
Cup
"Berisik banget. Masih pagi juga! Dari pada buat ngomel mending bibir ini di satuin aja sama punya saya," ucap Alfarez dengan senyum smrik nya kemudian kembali melumat bibir Salmita.
Mata Salmita seketika melotot terkejut karena mendapat serangan mendadak dari Alfarez Dosen mesumnya.
Ciuman Alfarez semakin dalam dan semakin lembut membuat Salmita ikut terbuai dalam permainan Alfarez. Bahkan sekarang tangannya dengan sangat lancang sudah mengalung sempurna di leher Alfarez membuat lelaki itu tersenyum di sela-sela ciumannya.
"Dasar lemah!" batin Salmita.
Cukup lama mereka beradu saling bertukar saliva hingga Alfarez merasa Salmita sudah hampir kehabisan oksigen memilih melepaskannya dengan lembut walaupun lelaki itu sejujurnya tidak rela.
Alfarez mengusap bibir Salmita yang terlihat basah dengan ibu jarinya. Kemudian mengusap pipi Salmita lembut.
"Maaf," ucap Alfarez lirih.
"Aku gak suka kalau milikku di sentuh sama orang lain apa lagi dia mantan kamu. Orang yang pernah punya tempat spesial di hati kamu, Salmita. Aku takut kamu seperti dia, pergi ninggalin aku lalu membatalkan pernikahan ini untuk ke dua kalinya," ujar Alfarez yang kini menundukan kepala sambil menyesali segala ucapannya semalam.
Salmita menghela napasnya sedikit berat. Sejujurnya jika Salmita berada di posisi Alfarez kemungkinan Salmita juga akan terbawa emosi seperti lelaki itu. Namun yang Salmita sesali sifat Alfarez yang sedikit temperamental ini membuatnya hatinya sakit. Kata-kata jalang yang keluar dari mulutnya masih terekam jelas di pikiran Salmita. Namun lagi-lagi Salmita akan terlihat lemah dan mudah luluh jika sudah di hadapkan dengan lelaki di depannya sekarang.
Seperti ucapnya, Salmita sudah jatuh cinta dengan dosennya ini bahkan perasaannya lebih dalam dari pada saat ia menjalin hubungan dengan Deon mantan pacarnya.
Salmita menyentuh dagu Alfarez lalu mengusapnya, mengarahkan ke arahnya membuat mata mereka saling bertemu. Mata lelaki itu terlihat penuh dengan rasa penyesalan sekarang. Salmita kembali mengusap lembut pipi Alfarez kemudian mengangguk.
"Aku maafin, tapi pernikahan tetap batal."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
RomanceDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...