"Ayo turun," ucap Alfarez setelah tiba di salah satu toko perhiasaan terkenal.
"Sal?" panggil Alfarez lagi saat melihat Salmita masih nyaman duduk di dalam mobil padahal sebenarnya perempuan itu tengah gugup sekarang.
"Hei, Salmita?" panggil Alfarez untuk ke dua kalinya.
"Ah, iya?" jawab Salmita sedikit terkejut yang malah membuat Alfarez menggelengkan kepala lalu menarik tangan Salmita agar keluar dari mobil kemudian membawanya masuk ke dalam toko perhiasan itu.
"Itu bagus," ucap Alfarez saat Salmita mencoba salah satu cincin emas putih yang di hiasi permata kecil di atasnya.
Salmita tersenyum lalu mengangguk menyetujui, "Iya bagus!" jawab Salmita.
"Kamu suka?" tanya Alfarez.
"Suka," jawab Salmita sambil kembali memandang cincin yang kini tengah melingkar sempurna di jari manisnya.
Jujur sampai saat ini, Salmita masih belum bisa percaya jika dirinya akan segera menikah secepat ini dan terlebih calon suaminya adalah dosennya sendiri.
Takdir memang sebercanda ini.
Alfarez meraih tangan Salmita lalu mengamatinya sebentar. Hal yang sangat sederhana namun bisa membuat sekujur tubuh Salmita membeku seketika.
"Sialan!" umapatnya dalam hati.
"Mbak, saya ambil yang ini dan tolong ukir nama kami berdua di dalamnya," perintah Alfarez.
Dengan cekatan pegawai toko itu segera mengangguk dan mulai mengukur jari manis kedua calon pengantin ini. Setelah selesai membayar dan cincin pesananya akan jadi seminggu lagi, Salmita dan Alfarez berjalan meninggalkan toko perhiasaan itu untuk segera pulang.
**
"Besok aku jemput kamu lagi. Kita ada jadwal fitting baju dan foto prewedding dan undangan juga udah aku urus semua," jelas Alfarez sesaat setelah memasuki mobilnya.
"Hah? Prewedding?" tanya Salmita terkejut.
Alfarez mengangguk, "Iya, besok weekend kan?"
"Dimana?"
"Pantai," jawab Alfarez singkat.
"Serius?" tanya Salmita sambil membulatkan mata karena kembali terkejut.
"Ya, iya. Kenapa, kamu tidak suka?" tanya Alfarez.
Dengan cepat Salmita menggelengkan kepala, "Tidak! bahakan itu adalah impianku sejak dulu," jawab Salmita dengan wajah bahagianya.
Alfarez yang melihat wajah calon istrinya terlihat sangat bahagia dan lucu hanya bisa tersenyum lalu tangannya bergerak untuk mengusap kepala perempuan itu lembut.
"Kalau begitu, besok aku jemput kamu pagi-pagi sekali karena kita masih harus memilih baju untuk kita prewedding besok," jelas Alfarez yang di angguki oleh Salmita.
Alfarez mulai menyalakan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan halaman toko perhiasan itu.
"Kamu tidak lapar?" tanya Alfarez di tengah perjalanan mereka.
"Hm?"
"Kamu tidak lapar?" ualang Alfarez.
"Lumayan," jawab Salmita yang masih terdengar canggung.
"Kalau begitu sebelum aku mengantarmu ke apartemen, kita makan dulu," ajak Alfarez.
"Terserah kamu," jawab Salmita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [Completed]
RomanceDISCLAIMER ‼️⚠️ : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan. 🙏 Kisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk h...