Gadfly

1.8K 218 36
                                    

Pagi hari yang cerah dengan suara kicauan burung dari balkon kamar kedua pengantin baru yang semalam baru saja melebur menjadi satu itu menambah suasana menjadi semakin romantis untuk Salmita yang kini sudah terlebih dahulu terbangun dari tidurnya. Sungguh, badannya seperti terhantam beton rasanya. Namun berbeda dengan hatinya yang merasa banyak kupu-kupu berterbangan hingga membuat pipi wanita itu bersemu merah. Lihatlah sekarang senyum manis tercetak jelas dari bibir Salmita yang kini tengah menatap suaminya yang masih terlelap dalam mimpinya.

"Kalau gini gantengnya jadi seribu persen deh, tapi sayang hatinya masih tertawan," batinnya.

"Sayang, bangun. Kita harus sudah tiba di bandara sebelum jam 11 siang loh," ucap Salmita sambil mengusap lembut rambut lelakinya.

"Hmm,"

"Bangun ih, jangan cuman ham hmm ham hmm! kaya Nisa Sabyan aja kamu tuh!" gerutu Salmita.

"Bawel amat sih yang habis di unboxing?" celetuk Alfarez sambil mencubit pipi Salmita gemas.

"Ih sakit sayang!" kesal Salmita.

"Aku mau mandi dulu, habis itu giliran kamu," ucap Salmita sambil bersiap bangkit dari tidurnya.

Namun sebelum benar-benar mengangkat tubuhnya dengan sempurna, tubuh wanita itu kembali di tarik masuk ke dalam dekapan lelaki yang semalam berhasil merenggut mahkotanya.

"Aaaa Alfarez!" pekik Salmita sambil memukul pelan dada bidang suaminya.

"Lepasin ih, nanti kita telat Alfarez!"

"Lima menit lagi, sayang. Aku masih pengen meluk kamu," ujar Alfarez sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil istrinya.

Salmita hanya bisa mendengus sebal namun tetap menuruti permintaan suaminya.

"Kalau masih oleng nih lakik, berarti emang otaknya yang gak jalan!" batin Salmita.

***

"Sorry, Ciara. Ternyata aku harus pergi untuk beberapa hari ke depan untuk melakukan perjalanan bisnis. Jadi aku tidak bisa menemuimu di kantor hari ini. Tapi aku janji, setelah pulang aku akan menemuimu secepatnya."

Salmita yang baru saja keluar dari kamar mandi sedikit mendengar obrolan Alfarez dengan Ciara. Namun bukan Salmita namanya jika tidak beracting seolah tidak tau apa-apa.

Ternyata Ciara masih saja mencari cela untuk menggoda Alfarez. Salmita sendiri tidak tau kelanjutan hubungan wanita itu dengan suaminya setelah obrolan yang sempat membuat dirinya menunggu beberapa menit di luar kamar hotel waktu itu. Salmita tidak mau kepo atau memikirkanya terlalu berlebihan, lebih baik dia mencari cara agar rumah tangganya yang baru seumur jagung ini bisa di jalani tanpa rasa sakit hati. Ya, walaupun mustahil.

"Setidaknya Alfarez lebih memilih pergi honeymoon bersama gue dari pada ketemu lo, bitch!" umpat Salmita dalam hati.

"Sayang," panggil Salmita sambil menyentuh bahu Alfarez lembut. Lelaki itu sedari tadi memunggunginya, menatap ke arah jendela kamar mereka.

Panggilan dan sentuhan di tubuh Alfarez membuat lelaki itu sedikit gelagapan.

"Shit!" umpatnya pelan.

"Sayang, kamu ngobrol sama siapa sih? kok kaya serius banget?" tanya Salmita sambil bergelayut manja di lengan Alfarez.

Kalau Ciara tidak punya malu karena sepagi ini menelepon suami orang, Salmita pun tidak akan pernah malu untuk bersikap manja langsung ke suaminya. Alfarez itu suaminya, kenapa juga dia yang harus mengalah dan terkesan lemah disini. Harusnya Ciara yang sadar diri di sini dan pergi jauh-jauh dari Alfarez Davindra, suaminya.

Faultiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang