Cancelled

2.5K 240 12
                                    

Suara alaram dari ponsel Salmita beberapa kali terdengar membuat perempuan yang baru bisa tertidur lelap pukul 3 pagi berdecak kesal.

"Berisik!" kesal Salmita seraya mematikan alaramnya.

Salmita mengucek matanya beberapa kali. Bahkan nyawanya belum benar-benar terkumpul saat ini. Salmita berniat untuk tidur kembali, mengambil waktu 3-5 menit karena di rasa tidurnya belum cukup. Namun mata Salmita seketika membulat saat menatap jam dinding di kamarnya.

"Mampus! udah jam 8 dan kelas pertama Alfarez!" teriak Salmita spontan lalu dengan cepat menyambar handuknya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Brak!

**
Salmita menghela napasnya sebelum memberanikan diri masuk ke dalam kelasnya.

"Untung belum dateng tuh dosen mesum," ucapnya lega.

Seperti perintah Alfarez. Salmita kini sudah duduk di kursi paling depan meninggalkan Keyla yang masih setia duduk di kursi belakang. Bahkan sekarang gadis itu tengah asik mengobrol dengan pacarnya pada ponselnya.

Selang beberapa lama, Alfarez berjalan masuk ke dalam kelas. Lelaki itu terlihat dingin dan bersikap acuh kepada Salmita bahkan keduanya enggan bertatapan muka walau sekilas. Keduanya tampak asing seperti tidak pernah mengenal sama sekali.

"Masih marah ya?" batin Salmita. 

Bahkan saat sesi tanya jawab Salmita sengaja bertanya beberapa kali kepada Alfarez namun lelaki itu masih sama. hanya menjawab seadanya dan sewajarnya dosen dengan mahasiswanya.

Setelah satu jam lebih Alfarez mengajar di kelas Salmita, kini tiba saatnya Alfarez mengakhirinya. Setelah menutup kelasnya, Alfarez berpamitan lalu berjalan begitu saja meninggalkan kelas.

"Dasar dosen tua mesum yang moody-an!" kesal Salmita saat melihat Alfarez berjalan melewati mejanya tanpa melirik Salmita sama sekali.

**

Sampai sore hari, Alfarez sama sekali tidak ada kabar membuat Salmita sedikit frustasi.

"Ini kalau gagal, gue yang mati!" ucap Salmita kesal.

Entah, tapi Salmita takut pernikahan ini akan benar-benar terjadi atau malah batal begitu saja. Jujur Salmita kini sedikit merasa kehilangan sosok Alfarez yang sudah menemaninya beberapa minggu ini.

"Sialan! Kalau beneran gagal, gue beneran rugi dan berarti dia niatnya bukan mau bertanggung jawab sama gue tapi emang gue nya cuman jadi tempat pelarian sama pemuas nafsu dosen mesum itu. Emang dosen mesum bajingan!" umpat Salmita.

Salmita memilih pulang menggunakan angkutan umum karena dirinya yakin Alfarez tidak akan mungkin menjemputnya di saat lelaki itu masih di penuhi dengan perasaan marah terhadap dirinya. Saat dirinya tengah asik menunggu, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Salmita membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

"Salmita!" panggil Deon setelah berhasil menurunkan kaca mobilnya.

Salmita menatap sekilas ke arah Deon namun dengan cepat Salmita memalingkan muka dan berpura-pura tidak mendengar panggilan Deon.

"Sal, aku anter pulang ya?" tawar Deon yang kini sudah berdiri di hadapan Salmita.

"Gak usah! gue bisa pulang sendiri," tolak Salmita.

"Please Sal, aku janji gak akan macem-macem sama kamu," mohon Deon sambil mencekal tangan Salmita sedikit erat.

"Lepas atau gue bakalan teriak kalau lo gak mau lepasin tangan kotor lo dari tangan gue!" ancam Salmita.

Faultiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang