Jennie menghela nafas lega ketika dia melihat tes kehamilan yang baru saja Chaeyoung beli dengan terburu-buru pagi ini.
Negatif.
Dia tidak hamil.
Semua beban yang Jennie rasakan semalaman seketika terangkat detik itu juga dan dia keluar dari kamar mandi, menunjukkan hasilnya pada Chaeyoung yang juga menghela nafas lega.
Jennie menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur, menyeringai lebar karena perasaan lega. Chaeyoung memukul lutut Jennie sebelum ikut menjatuhkan tubuh di samping Jennie.
Mereka berdua saling menoleh satu sama lain sebelum tertawa terbahak-bahak. Jennie tidak percaya bahwa semalam dia tidak bisa tertidur, stress memikirkan bahwa ada kemungkinan dia hamil.
Hamil? Seorang anak? Ya Tuhan, itu terdengar mengerikan. Oke, jangan salah paham. Bukan berarti Jennie benci benci seorang anak kecil. Akan tetapi, dia sendiri saja masih muda. Dia masih kuliah.
Bagaimana mungkin dia bisa menanggung beban sebesar itu? Seorang anak disaat dia saja belum memiliki apapun untuk mencari uang? Ya Tuhan... itu benar-benar mengerikan.
“Kau menyebalkan sekali, Jennie. Disini aku pikir, kau benar-benar hamil. Kau mengganggu tidurku, brengsek.”
“Hei, jangan salahkan aku.” Gerutu Jennie sambil menoleh. “Salahkan saja teman Lisa yang berkata sembarangan. Aku jadi memikirkan hal yang bukan-bukan.”
Saat nama Lisa disebut, senyum Jennie jatuh dan dia dengan cepat mencari ponselnya. Chaeyoung ikut duduk, memperhatikan Jennie sampai Jennie menemukan ponselnya.
“Menurutmu, apakah Lisa sudah pulang dan bicara dengan orang tua kalian?” Tanya Chaeyoung. Pertanyaan itu keluar dan dia mulai cemas lagi.
Perutnya melilit dan Jennie merasakan sesuatu tidak nyaman lagi di perutnya. Dia melotot pada Chaeyoung sebelum dia meneguk air mineral di samping tempat tidur.
“Kau jangan membuatku cemas lagi, Chaeyoung. Astaga!” Jennie mendesis tepat saat itu, ponselnya berdering dan nama Lisa muncul di layarnya.
Dia melotot lagi pada Chaeyoung, memperingatkan sahabatnya untuk diam sebelum dia menempelkan ponsel ke telinganya. Desahan nafas Lisa terdengar pertama kali dan Jennie menggigit bibirnya dengan resah.
“Kau sudah baik-baik saja? Bisakah kau pulang sekarang?” Tanya Lisa, suara beratnya terdengar.
“Lisa, sesuatu telah terjadi, bukan?” Tanya Jennie. Berdiri, dia mondar mandir di depan Chaeyoung dengan gelisah.
“Ya.” Jawab Lisa dan saat itu juga, Jennie terdiam. “Mereka sudah mengetahuinya dan mereka marah, Jennie.”
“Ya Tuhan. Itu karena Bambam?”
Lisa hanya bergumam dan Jennie menyisir rambutnya ke belakang. Bambam brengsek, pikir Jennie marah. Beraninya pria itu ikut campur dalam masalah dan merusak kebahagiaan mereka.
“Pulanglah, Jennie. Mereka tidak ada di rumah. Tapi, kita harus bicara. Kita semua, dengan ibu dan ayah. Hanya... pulanglah.” Pinta Lisa. Suara rentan yang terdengar dari Lisa membuat Jennie tiba-tiba berpikir, ini bukan hanya sekedar tentang orang tua mereka yang mengetahui situasi tentang mereka.
“Sayang, Lisa... apa sesuatu telah terjadi?” Tanya Jennie dengan cemas.
“Aku akan bicarakan ini denganmu nanti. Pulang saja, ya? Jika tidak bisa menggunakan taksi, minta Chaeyoung mengantarmu.”
Jennie melirik pada Chaeyoung yang sepertinya juga penasaran dengan apa yang terjadi.
“O-oke. Aku akan pulang sekarang juga. Tunggulah.” Kata Jennie dan saat itu juga, panggilan terputus. Chaeyoung hendak bertanya tapi Jennie sudah memberitahu lebih dulu. “Ya, orang tua kita sudah mengetahuinya dan Lisa memintaku untuk pulang sekarang juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
Fanfiction[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...