BAB 9

7.2K 641 25
                                    

“Jennie?”

Sang ayah memanggil ketika Jennie baru saja selesai dari makan malamnya.

“Ya?”

“Bisakah kamu periksa kakakmu? Bawakan makan malamnya. Dia seharian ini benar-benar mengurung diri di tempat kerjanya. Aku khawatir ada yang tidak beres.” Ujar Peter.

“Oh, tentu, ayah.”

Ini akhir pekan. Seharusnya, Lisa tidak fokus pada pekerjaannya. Tapi entah kenapa, Lisa malah mengurung diri disana. Pasti ada alasan. Apapun itu, Jennie mulai tidak suka karena pekerjaan malah membuat Lisa mengabaikan kesehatannya sendiri.

“Katakan pada Lisa, aku mencintainya.” Ujar Peter lalu dia mencium puncak kepala Jennie. “Dan aku juga mencintaimu, nak. Aku harus pergi istirahat.”

“Aku juga, ayah.” Jawab Jennie. Hatinya selalu lembut setiap dia menerima perlakuan sang ayah. Karena dia tahu, tidak semua orang seberuntung dirinya.

Setelah memastikan ayahnya pergi, Jennie pun membawa piring berisi makan malam dan segelas air mineral. Dia meletakkan piring dan gelas di atas nampan agar dia dapat membawanya lebih muda.

Menaiki satu persatu anak tangga dengan hati-hati, Jennie berjalan menuju lorong hingga berhenti di ujung pintu. Dia mengetuk pintu.

Alih-alih mendengar jawaban, Jennie mendengar bentakan yang membuat dia tersentak sejenak.

“Aku tidak peduli! Aku hanya ingin kasus ini selesai! Hakim sudah menekanku! Begitu pun dengan Jaksa! Jika kau terus membuat masalah, aku tidak bisa membelamu lagi! Aku akan berhenti!”

Lisa tidak pernah mengamuk sejauh ini. Mendapati Lisa semarah itu, pasti ada penyebabnya. Jennie sejujurnya takut, ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk datang pada Lisa.

Jadi dia berputar. Tapi kemudian begitu Jennie nyaris menuju tangga, tatapan Jennie tertuju pada makanan, dia berhenti.

Betapa egoisnya Jennie jika pergi hanya karena dia takut lalu dia malah tidak mau mengantarkan makanan untuk Lisa? Bagaimana jika Lisa malah jatuh sakit? Ya ampun, bodoh!

Kembali berputar, Jennie pun berjalan lagi menuju ruang kerja Lisa. Hampir saja dia mengetuk pintu ketika pintu terbuka, menampilkan Lisa dalam keadaan kondisi yang cukup berantakan.

“H-hai, aku hanya ingin membawa makan malam untukmu.” Ujar Jennie sambil tersenyum kikuk.

“Oh, maaf. Aku pikir saat aku mendengar seseorang mengetuk pintu itu aku salah mendengar. Terima kasih, Jennie.” Balas Lisa sambil mengambil alih nampan dari tangan Jennie.

“Baiklah, bukan masalah besar.” Ucap Jennie dan dia melihat Lisa mengangguk, berdiri tak yakin di tempatnya. “Semuanya baik-baik saja?”

“Umm, yah, tentu. Kamu mau… masuk? Temani aku makan atau apalah?” Pinta Lisa.

“Tentu, Lis. Ayo.”

Mereka berdua masuk ke ruang kerja Lisa. Menutup pintu di belakang, Jennie melangkah. Ini kali pertama Jennie masuk ke ruang tersebut.

Seperti ruangan pada umumnya. Ruang kerja Lisa terdapat rak besar dimana buku dan file berjajaran. Ini tampak seperti kantor. Ada meja kerja, tentu saja. Pintu kamar mandi di ujung. Jendela yang menghubungkan ke balkon. Ada juga sofa cukup besar di tengah ruangan.

Lisa memang belum lama pindah ke rumah tersebut namun Jennie salut karena Lisa berhasil merombak ruangan kosong ini menjadi tempat kerjanya.

“Kemarilah, duduk disini.” Ajak Lisa menepuk tempat duduk kosong di sampingnya.

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang