BAB 44

3.1K 386 42
                                    

Jennie agaknya memprihatinkan dengan wajahnya yang pucat. Kendati dia tetap makan dengan teratur, dia belum menjadi orang yang sehat sepenuhnya.

Dokter mengatakan sepertinya, Jennie belum di perbolehkan pulang karena kondisinya yang belum juga stabil.

Peter hanya bisa menghela nafas ketika dokter pergi, menatap putrinya yang tidak tidur, namun menatap ke arah jendela tanpa mengatakan apapun dua hari ini.

Tepatnya, sejak Lisa pergi dan sejak hari itu, Lisa belum kembali juga.

Peter pernah sempat mempertimbangkan untuk menghubungi Lisa tapi dia merasa malu untuk meminta tolong karena dia sadar, dialah yang telah mengacaukan segalanya.

Tapi melihat Jennie dua hari ini tidak juga kunjung responsif terhadap orang-orang sekitar membuat rasa malu itu hilang.

“Jennie, apakah aku perlu menelepon Lisa dan menyuruhnya untuk datang lagi?” Tanya Peter.

Barulah saat itu, Jennie menoleh. Mata Jennie sayu, terlihat bahwa wanita itu tampak kurang tidur. Peter semakin khawatir dengan kondisi putri satu-satunya itu.

Jennie tidak mengatakan apapun. Namun matanya yang berkaca-kaca satu-satunya indikasi bahwa Jennie masih sadar. Jennie masih bersamanya.

Peter tidak ragu untuk melingkarkan tangan ke tubuh Jennie. Matanya memanas ketika menyadari betapa kecil tubuh putrinya saat ini.

“Sayang, tolong kembalilah padaku. Jangan seperti ini. Kau membuatku sangat khawatir, Jennie. Apa yang bisa aku lakukan agar kau bisa kembali seperti dulu? Kau ingin Lisa, hmmm? Aku akan berusaha meneleponnya, bicara padanya dan...”

“Lisa,” Kata itu keluar setelah Jennie dua hari diam. “Dia tidak menginginkanku lagi.”

Tubuh Peter menegang. Isak tangis pelan  terdengar. Rasanya sesak sekali mendengar Jennie menangis parau.

“Apa maksudmu, nak?”

“Dia tidak menginginkanku karena aku adalah anak kalian. Kalian yang telah membuat ibunya jatuh sakit dan meninggal.”

Peter memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya yang sedikit bergetar. Ini semua salahnya. Pemikiran itu membuat dia ingin menghukum dirinya.

Dia tidak tahu mengapa akal sehatnya tidak terbentuk sejak istri lamanya muncul. Padahal dia jauh lebih tahu jika Mia lebih baik di bandingkan Joan.

Tapi...

“Maafkan aku, Jennie, maafkan aku. Apa yang perlu aku lakukan untuk membuat Lisa memaafkanku dan membuat segalanya kembali normal?”

Jennie menggelengkan kepalanya dan melepaskan pelukan itu. Tangisannya masih ada. Matanya tidak lagi berwarna. Hanya ada kehampaan yang terlihat di matanya.

“Tidak ada yang bisa kau lakukan, ayah. Semuanya sudah berakhir. Lisa akan pergi.” Kata Jennie, suaranya lelah namun juga terdengar begitu pasrah.

“Kau hanya akan membiarkannya?”

“Kau yang membuat Lisa pergi jika aku ingat dengan benar.” Jennie menatapnya dengan sinis.

“A-aku tahu. Tapi saat itu, aku hanya—”

“Hanya ingin istrimu kembali dan membuang istri barumu, aku mengerti ayah. Dan selamat! Wow! Kau berhasil melakukannya, bukan? Jadi, ya, lupakan saja Lisa dan jalani hidupmu seperti yang kau mau.”

Jennie menghela nafas dan berusaha memejamkan mata. Peter melihat ada air mata yang jatuh lagi. Nafasnya tercekat di tenggorokan.

Dia mencium kening Jennie dan menahan tangisnya sendiri saat melihat kondisi Jennie saat ini.

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang