BAB 55

3.2K 366 33
                                    

Memasuki apartemen setelah hari yang panjang, Jennie hanya ingin berbaring dan tertidur secepat mungkin. Tubuhnya kelelahan, begitu juga mentalnya.

Lampu sudah terang begitu Jennie memasuki apartemen. Kedua sahabatnya pasti sudah pulang.

Aroma makanan tercium dari arah dapur. Jennie tersenyum, senang dengan kehadiran kedua sahabatnya itu. Berjalan menuju dapur, aroma makanan semakin tercium olehnya.

“Wah, siapa yang memasak kali ini?” Tanya Jennie, tersenyum lebar.

Chaeyoung dan Jisoo menoleh pada saat yang bersamaan. Jennie melihat Jisoo sedang menata meja, sementara Chaeyoung tengah memindahkan daging ke piring.

“Hai, Jennie.” Sapa Jisoo. “Hari yang melelahkan?”

“Sangat. Aku baru saja bertemu dengan Miyeon lagi hari ini.” Ujar Jennie memberitahu.

“Bagaimana hasilnya?” Tanya Jisoo sambil menarik lembut Jennie ke meja makan.

“Bagus. Proses perceraiannya akan di percepat. Tapi, aku bertemu dengan ibuku hari ini, tepat di kantor Miyeon. Dia... benar-benar mengamuk di sana. Memalukan sekali.” Desah Jennie.

Mengingat kembali pada momen dimana dia mendapatkan kabar bahwa Joan tiba-tiba saja muncul entah darimana, mengatakan bahwa dia akan menuntut perusahaan karena telah merusak hidupnya.

Seperti, serius?

Merusak hidupnya? Ibunya itu, sampai kapan pun tidak pernah sadar bahwa dirinya sendirilah yang telah merusak hidupnya. Berani sekali dia menyalahkan orang lain.

“Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran ibuku. Dan ayahku sama tertekannya denganku saat ini. Aku hanya berharap aku bisa meringankan bebannya. Dia tampak tertekan melihat tingkah ibuku.” Ujar Jennie.

Chaeyoung muncul dengan dua piring berisi daging, beberapa potong sayuran serta kentang goreng.

“Terima kasih, Chaeyoung.” Jisoo dan Jennie berkata bersamaan.

“Tidak masalah. Ayo kita makan.” Ujar Chaeyoung, kembali ke dapur untuk mengambil piring miliknya.

Jennie meneguk air mineral terlebih dahulu sebelum dia mengambil peralatan makan.

Karena semua yang terjadi hari ini, Jennie teringat bahwa dia tidak sempat makan. Sial, Lisa mungkin akan marah jika tahu dia melewatkan makannya. Serta obatnya.

“Mungkin ada baiknya keputusan Lisa untuk membawa Peter ke New York. Jika dia tetap di sana, ayahmu akan semakin tertekan.” Ujar Jisoo, melanjutkan percakapan.

“Kau benar. Aku senang karena ayahku menyetujui hal itu.”

Sejujurnya, Peter sangat emosional begitu Jennie memberitahu rencana Lisa yang ingin membawanya ke New York. Peter menangis, tidak menyangka bahwa mereka akan mengingat pria itu.

Itu juga membuat Jennie menangis. Apakah ayahnya berpikir bahwa dia benar-benar akan sanggup meninggalkannya seorang diri?

Memikirkan bahwa ayahnya masih merasa bersalah dan kesendiriannya adalah bentuk penghukuman atas apa yang terjadi sebelumnya sungguh mencekiknya.

Peter akhirnya berbicara dengan Lisa di telepon, yang membuat Lisa menangis juga.

Lisa mengatakan bahwa dia sudah sepenuhnya memaafkan Peter dan berharap mereka akan segera berkumpul di New York.

“Dan aku senang... sepertinya jalan hubunganmu dan Lisa semakin jelas. Kalian, meskipun berhubungan jauh tampak baik-baik saja.” Ujar Chaeyoung sambil tersenyum.

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang