BAB 45

3.4K 450 35
                                    

Lisa membeli beberapa pakaian baru hari ini. Satu untuk dia gunakan saat pergi menuju Bandara besok.

Akhirnya, pikir Lisa. Akhirnya, semuanya berakhir dengan kepergiannya. Semua penderitaan yang dia hadapi di sini, akan berakhir dengan kepergiannya ke New York.

Nanti New York akan menjadi rumahnya dan Seoul hanyalah persinggahannya, pikir Lisa lagi.

Seharusnya dia senang karena penderitaannya terselesaikan.

Tapi yang dia rasakan saat ini hanyalah kehampaan, rasa pahit, keengganan untuk pergi meninggalkan Seoul.

Lisa menggelengkan kepala. Dia telah mengakhiri semuanya sejak dia melihat Jennie mencium Irene, atau... Irene mencium Jennie. Apapun itu, dia tahu semuanya telah berakhir sejak itu.

Lisa keluar dari lift dan berjalan menuju lorong. Sikap tenangnya sungguh di apresiasi karena sungguh gila dengan apa yang terjadi belakangan ini, dia tidak stress.

Ya, Lisa mengakui bahwa dia agak pergi ke bar untuk mabuk, berusaha menghilangkan rasa sakitnya dengan alkohol. Tapi dia senang dia tetap bisa mengendalikan diri.

Setidaknya, dia tidak menjadi orang bodoh yang berakhir di tempat tidur bersama wanita asing, pikir Lisa.

Berjalan menuju apartemennya, langkah Lisa terhenti saat dia melihat seseorang yang sangat tidak ingin dia lihat saat ini.

Peter.

Pria itu mengetuk lengannya yang terlipat di depan dada, wajahnya mengerut, tampak gelisah dan khawatir di saat yang bersamaan.

Lisa menghela nafas tajam dan Peter mengangkat pandangan. Lisa melangkah mendekat, membuka pintu dengan kunci, lalu melangkah ke dalam.

Lisa meletakkan kantong belanjaan ke tengah ruangan, menoleh pada Peter yang masih berdiri di tengah ruangan, tampaknya tidak yakin dengan gerakannya sendiri.

“Ada apa, Peter?” Tanya Lisa, bersandar di pintu.

Dia tidak memiliki kesopanan yang baik untuk mengizinkan Peter masuk ke dalam ruangannya dan dia tidak peduli dengan hal itu.

Mata Peter menatap dua koper besar yang berada di tengah ruangan dan menghela nafas. Lisa memperhatikan, alisnya sedikit terangkat.

Helaan nafas itu, apa maksudnya?

“Lisa,” Peter memulai. “Tentang kejadian tempo hari, aku benar-benar tidak tahu. Aku minta maaf. Aku tahu itu menyakitimu tapi...”

Lisa tertawa. Tawa keras yang menghentikan ucapan Peter detik itu juga. Pria itu menatapnya, pandangannya memelas.

“Jadi, secara kebetulan kau memohon agar aku mendatangi putrimu dan secara kebetulan juga, dia memiliki orang lain yang bisa menciumnya di ruangan itu, begitu?” Lisa menggelengkan kepala. “Kurasa, di matamu, aku tampak begitu bodoh, kan? Kau pasti memandang aku sama seperti ibuku. Apakah di matamu, kami berdua tampak terlihat seperti orang yang mudah tertipu?”

Peter menggelengkan kepala, hampir panik. Lisa tidak mengerti mengapa Peter harus repot-repot menjelaskan hal ini.

Bagi Lisa, segalanya telah berakhir dan Lisa hanya ingin semuanya selesai. Penderitaannya sudah cukup. Dia hanya ingin melupakan segalanya.

“Lisa, percayalah, aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Aku bahkan tidak tahu mengapa wanita itu ada di situ bersama Jennie.” Kata Peter. Di kalimat terakhir, pria itu mengucap dengan pelan.

Ekspresinya tampak kebingungan dan Lisa mungkin bisa percaya jika dia adalah orang bodoh. Tapi dia bukan orang bodoh.

“Kebetulan sekali kau tidak tahu kenapa orang yang kau jodohkan dengan putrimu itu ada di situ.” Lisa menganggukkan kepalanya. “Hentikan omong kosong itu.”

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang