BAB 12

6.7K 591 31
                                    

Ketika Jennie melewati kolam renang, dia mendapati kakaknya sedang berada disana. Kebetulan sekali, pikir Jennie sambil menggigit bibirnya karena resah.

Berjalan mendekati kolam renang, Jennie memperhatikan Lisa. Cara Lisa menggerakkan tangan dan kakinya. Dia hanya mengenakan bra dan celana pendek. Lekuk otot di setiap tubuhnya terlihat.

Hampir tidak mungkin orang bisa mengalihkan mata dari pemandangan seperti itu. Lisa berdiri, menyisir rambutnya yang basah ke belakang. Sama sekali belum menyadari kehadiran Jennie.

Saat dia mengusap muka yang basah kuyup dan kemudian membuka mata, tatapannya bertemu dengan mata Jennie. Keduanya saling menatap. Lisa sangat sadar diri bahwa Jennie tengah melihat tubuhnya.

“Puas menatap?” Tanya Lisa bersuara. Nadanya masih tidak bersahabat.

Jennie tersadar dari lamunannya. Dia melihat Lisa naik dari kolam renang. Instingnya berjalan dan Jennie bergegas menuju ayunan dimana handuk Lisa di letakkan.

“Kau tumben sekali berenang di siang hari.” Ujar Jennie sambil membantu Lisa mengeringkan tubuh dengan handuknya.

Ketika Lisa menolak — atas dasar ego kecemburuan yang begitu tinggi — Jennie langsung menggelengkan kepala. Dia tak akan membiarkan Lisa terus menghindar darinya. Mereka harus bicara.

“Terima kasih tapi kau tidak perlu melakukan ini.” Ucap Lisa yang akhirnya hanya pasrah menerima bantuan Jennie.

Mata Lisa terpejam saat Jennie meraih tengkuknya agar Lisa bisa sedikit mencondongkan tubuhnya hingga dia juga bisa mengeringkan wajah Lisa.

“Kau ingin makan sesuatu? Biar aku ambilkan.” Ucap Jennie kali ini mengeringkan bisep dan lengan Lisa.

“Ya. Aku ingin buah-buahan.”

Jennie menganggukkan kepalanya lalu melingkarkan handuk di sekitar pundak Lisa dan pergi ke dapur. Dia mengambil beberapa potong anggur dan strawberry. Tidak lupa dia mencucinya dan meletakkan buah tersebut ke dalam mangkuk, kemudian dia kembali ke area taman belakang.

Lisa tengah duduk di sisi kolam renang. Kakinya tenggelam di dalam air namun badannya tetap tertutup oleh handuk. Menghela nafas, Jennie pun mendekat.

“Ini, makanlah.”

“Terima kasih.”

“Sama-sama. Bukan masalah.”

Jennie meletakkan mangkuk ke pangkuan Lisa dan duduk di samping wanita itu. Sampai saat ini, Lisa belum menatap sama sekali ke arahnya. Jadi, begini menghadapi kemarahan Lisa? Pikir Jennie.

Rasanya sama sekali tidak menyenangkan. Jennie benci saling diam dengan Lisa. Kenapa ini terjadi? Ah, dia lupa.

Lisa kesal karena Jennie tidak mengabarinya ketika dia pergi bersama Irene. Bagaimana jika Lisa tahu bahwa setelah itu, Irene cukup sering mengirim pesan padanya?

Mereka saling berbalas pesan. Bagi Jennie, itu hanya suatu kehormatan karena dia sendiri pun tak mungkin mengabaikan pesan dari seniornya. Namun jika Lisa tahu, dia pasti memikirkan hal yang tidak-tidak bukan?

“Berhenti menatapku, Jennie.” Ucap Lisa yang akhirnya menoleh pada Jennie.

“Apa kau masih marah padaku?” Tanya Jennie dan Lisa menggelengkan kepalanya. “Kesal karena aku tidak memberi kabar padamu?”

Sekali lagi, Lisa menggelengkan kepalanya. Tidak? Lalu kenapa Lisa terus diam seperti ini?

“Aku cemburu pada Irene.”

“Lisa,”

“Di bandingkan denganku, dia jelas lebih tahu tentang kamu. Kalian lebih cocok bersama. Kalian sama-sama menyukai musik, sama-sama bermain piano. Terlihat manis, cocok dan serasi kan?”

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang