“Apakah kau melihat cara dia bermain piano? Itu gila sekali! Indah, alunan melodinya benar-benar membuatku terbuai.” Gumam Jennie ketika Hwasa Jeon memainkan piano di menit terakhir.
“Kau ingin menemuinya? Ayo kita berfoto dengannya.” Ajak Irene.
“F-foto?!” Jennie memekik tertahan dan menatap Irene tak percaya.
“Ya. Ayolah, aku janji untuk menyapanya sebelum kita pulang.” Irene tersenyum lembut.
Jantung Jennie berdegup kencang membayangkan dia akan berfoto dengan Hwasa Jeon, sang pianis yang sedang di bicarakan banyak orang itu. Tentu saja, dia menganggukkan kepalanya, tak ingin menyiakan kesempatan sedikit pun.
Mereka menikmati konser tersebut sampai selesai. Di akhiri dengan tepuk tangan meriah, konser pun berakhir. Ketika semua orang bergi ke pintu keluar, Irene meraih tangan Jennie dan menariknya ke arah pintu lain.
Seorang staff tersenyum pada Irene dan membungkuk sopan lalu mengantar mereka menuju pintu dimana tertulis nama Hwasa Jeon room di pintu.
Staff tersebut mengetuk pintu dan ada perintah masuk yang lembut dari dalam. Pintu pun terbuka. Sebuah ruangan besar yang rapi, ada tiga staff lain berada di dalam, dan tentu saja sang pianis sendiri sedang duduk manis di tempatnya.
“Irene!”
“Hwasa!”
Mereka berpelukan, saling menyapa layaknya teman lama. Jennie berdiri canggung di belakang Irene dan sesekali tersenyum pada staff yang menatapnya. Untungnya, Hwasa memiliki staff yang ramah membuat Jennie sedikit rileks.
“Ini Jennie, salah satu temanku dan dia juga fansmu. Sepanjang acara, dia memuji caramu bermain.” Ucap Irene sambil memperkenalkan.
“Hai, Jennie,” Sapa Hwasa. Jennie hendak mengulurkan tangan namun Hwasa sudah memeluknya seolah mereka teman lama. “Senang bertemu denganmu.”
“Terima kasih. Tadi penampilan yang begitu spektakuler. Aku sangat menikmatinya.” Ujar Jennie tulus yang membuat Hwasa tersenyum lebar.
“Ayo berfoto?” Ajak Irene dan Hwasa langsung menganggukkan kepalanya. “Keluarkan ponselmu.”
“Ah,”
Karena sepanjang acara tidak ada keramaian, Jennie pun mematikan ponselnya. Jadi akhirnya, dia baru menyalakan ponselnya. Dia kemudian memberikan ponsel tersebut kepada salah satu staff ketika dia membuka aplikasi kamera.
Mereka akhirnya berfoto, kembali melakukan sedikit percakapan lagi setelah akhirnya Irene pamit pada Hwasa Jeon.
“Apa kau lapar?” Tanya Irene begitu mereka berada di parkiran.
“Ya, sangat.”
Irene tertawa. “Kalau begitu, ayo, kita pergi makan.”
**
Makan malamnya berlangsung santai dan tenang. Jennie tak menyangka jika Irene bisa bersikap sangat santai seolah mereka adalah teman baru. Itu membuat Jennie lega karena sejujurnya dia khawatir, mereka akan melewati malam yang canggung.
Tapi tidak. Mereka benar-benar banyak berbicara. Terutama, mengenai selera musik. Irene juga menceritakan bagaimana dulu dia di paksa oleh ayahnya untuk berlatih piano.
Saat kecil, Irene kesal dengan paksaan itu. Namun melihat keberhasilannya sekarang, dia justru berterima kasih pada paksaan ayahnya. Rupanya, ayahnya memaksa Irene karena dia tahu Irene memiliki bakat bermain musik.
“Terima kasih banyak untuk makan malamnya. Ini benar-benar malam yang luar biasa, Irene. Aku harus membayarmu lain kali.” Ujar Jennie sambil tersenyum begitu mereka keluar dari restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
Fanfic[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...