BAB 41

3.1K 434 36
                                    

Ibunya telah tiada, dia meninggal. Saat dokter akhirnya menyatakan tanggal kematian, Lisa berdiri kaku. Seperti seseorang baru saja ikut mencabut nyawanya, dia merasa tidak berada dalam kehidupan apapun lagi.

"Ibuku meninggal, dia pergi, dia telah pergi menyusul ayah." Lisa bergumam, tangannya mengepal, sekuat mungkin untuk menahan tangisnya.

Tidak ada kata-kata yang bisa keluar. Hatinya kosong. Kemarahan dan kesedihan bercampur ketika salah satu perawat menutup seluruh tubuh hingga wajah ibunya yang tenang.

Dia pucat tapi dia cantik, pikir Lisa.

Ketika seorang perawat menepuknya dengan tatapan iba, segalanya menjadi nyata dan Lisa terjatuh di lantai, menangis tanpa ada seseorang pun yang bisa memeluknya.

Apa yang terjadi? Mengapa dia melewatkan banyak hal dan tidak memperhatikan bahwa ibunya melewati rasa sakit ini? Ya Tuhan, dia benci sendirian saat ini.

"Bu," Gumam Lisa sambil menatap kembali tubuh ibunya yang tertutup kain putih. "Mengapa kau tidak langsung menemui dan menceritakan semuanya padaku? Mengapa harus menunggu kau sakit dulu? Mengapa, Bu?"

Keheningan yang mencekam tidak ada artinya. Lisa benar-benar jatuh di lantai, menangis keras dan hanya itu yang bisa dia lakukan.

Dan satu jam Lisa merasa begitu sedih, menangis tanpa henti, saat dia kemudian menguatkan diri dan menghapus air matanya. Dia mendekati ibunya, meraih tangannya dari balik kain.

Dingin.

"Ibu, aku berjanji aku tidak akan bermain-main lagi. Kau selalu ingin aku memiliki seorang pacar? Calon istri? Aku akan mencarinya untukmu, Bu. Aku akan pergi ke New York, mencari hubungan serius disana, aku berjanji untukmu." Lisa menghela nafas.

Setelah menguatkan diri, Lisa mencium puncak kepala ibunya lalu keluar dan membiarkan para perawat mengurusi tubuh ibunya sementara dia melakukan biaya perawatan, sebagai pengabdian dia untuk terakhir kalinya.

Lisa menunggu. Rupanya, pengurusan jenazah itu memakan waktu cukup lama. Dia memutuskan menelepon rumah duka untuk memesan satu ruangan untuk ibunya.

Dia juga menelepon pihak makam. Segalanya dia lakukan dalam bentuk pengabdian dia untuk yang terakhir kalinya.

Dia tidak tahu berapa jam dia menunggu hingga semuanya selesai, namun pada akhirnya, dia ambulance bersedia membawa jenazah ibunya dan saat dalam perjalanan, melihat ibunya kini berada di dalam peti, di kembali menangis.

***

20 menit kemudian, Lisa tiba di rumah duka. Ibunya berubah menjadi wanita yang lebih cantik lagi dengan gaun dan riasan di dalam peti.

Butuh waktu hampir satu jam untuk membuat ibunya menjadi cantik lagi. Lisa duduk di sana, telah berganti pakaian dengan tuksedo hitam, celana panjang hitam, dan kemeja putihnya dan menunggu para pelayat akhirnya hadir.

Lisa telah menelepon Eunwoo dan dia tahu pria itu akan memberitahu teman-temannya yang lain.

Lisa juga menelepon beberapa tetangga yang menjadi teman ibunya dan dia tahu, tak lama kemudian, berita kematian ibunya menyebar.

Dan, entah bagaimana dia merasa lega. Lega luar biasa menatap banyaknya orang yang menghormati kematian ibunya untuk yang terakhir kalinya. Banyak pelukan yang orang berikan untuk Lisa, berusaha untuk menguatkan Lisa.

"Ibumu adalah wanita yang sangat baik, Lisa. Dia pasti telah bahagia saat ini. Dia selalu membicarakanmu. Dia sangat menyayangimu." Salah satu pelayat bicara pada Lisa.

"Aku tahu," Suara Lisa serak dan bergetar. Air matanya selalu mengalir lagi setiap orang-orang mengatakan bahwa ibunya menyayanginya.

Lisa tahu itu. Dia tahu seberapa besar ibunya menyayanginya. Dan dia akhirnya menangis dalam pelukan orang asing lagi. Itu tidak membuatnya lebih baik. Dia menangis selama beberapa jam kedepan dan dia tahu, dia akan selalu menangis setiap dia mengingat ibunya.

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang