Berkedip perlahan, Jennie menyesuaikan cahaya dari matahari yang menyinari ruangan. Kehangatan telah menghilang di sekitarnya dan itu berarti satu hal, Lisa tidak ada di sampingnya.
Dia tidak perlu mencari keberadaan Lisa ketika dia mencoba untuk bangun, dia mendengar suara desahan nafas Lisa yang terdengar lelah.
“Ya, Pak.” Lisa berkata, dengan aksen inggrisnya yang cukup seksi. “Aku mengerti banyak pekerjaan yang menumpuk. Aku juga tidak mau seperti ini. Tapi, aku belum bisa pergi.”
Lisa akan pergi. Pikiran itu membuat kepala Jennie sakit. Apakah Lisa sungguh akan tetap pergi di saat kondisinya seperti ini?
Seperti, Jennie bahkan sudah tidak berselera untuk hidup. Dia hanya makan sedikit, dia sering memuntahkan obat. Seharusnya, hanya keguguran membuat dia bisa pulang ke rumah.
Tapi disinilah dia.
Tetap berbaring di ranjang rumah sakit, pendarahan lagi, rahimnya bermasalah, tubuhnya yang semakin kurus dan mendengar Lisa pergi membuat semuanya semakin sempurna.
Kehancuran yang sangat sempurna.
“Pak, ibuku baru saja meninggal dan—” Lisa berhenti, tampaknya wanita itu meringis mendengar seseorang berusaha berdebat dengan Lisa. ”Aku akan mengambil kasus baru nanti setelah aku kembali bekerja.”
Lisa memijat keningnya, tampak pusing dengan apa yang di katakan atasannya, mungkin? Jennie tidak tahu dengan siapa Lisa berbicara.
“Hanya saja, beri aku waktu beberapa hari, oke? Atau setidaknya paling lama satu minggu, lalu aku akan kembali ke New York, bagaimana?”
Suara di sana berbicara lagi dan Lisa mendengarkan dengan cermat. Wanita itu terus menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, Lisa menghela nafas lega. Sepertinya, percakapan mulai tenang. Lisa tidak lagi memijat keningnya.
“Terima kasih, pak. Tentu saja, aku berjanji akan segera kembali ke kantor sesegera mungkin.” Kata Lisa sambil berdiri.
Jennie kembali memejamkan mata, berpura-pura tidur seolah dia tidak mendengarkan seluruh percakapan itu.
“Baik, Pak. Sekali lagi, terima kasih banyak.”
Setelah itu, tidak ada percakapan lagi yang terjadi. Jennie menganggap seluruh percakapan itu selesai dengan janji Lisa.
Sebuah tangan hangat menyentuh pipinya dan Jennie perlahan membuka mata, melihat Lisa yang sedang menatapnya. Bibir Lisa menempel di pipinya tak lama kemudian.
“Hei, selamat pagi.” Sapa Lisa. Kelembutan yang tidak biasa membuat Jennie ingin menangis.
Astaga, kapan dia tumbuh menjadi sangat emosional?
“Pagi, Lisa.” Jennie membalas, suaranya agak serak.
“Bagaimana perasaanmu sekarang? Merasa lebih baik?” Tanya Lisa sambil duduk di sisi tempat tidur. “Mau sesuatu? Minum?”
Jennie menganggukkan kepalanya. Lisa mengitari ruangan dan mengambil air mineral untuk Jennie lalu kembali duduk di sisi tempat tidur, menempelkan sedotan di bibirnya.
Meneguk beberapa air mineral, Jennie melepaskannya. Lisa meletakkan gelas di atas meja, lalu kembali menatap Jennie.
“Terima kasih, Lisa.” Kata Jennie, meraih tangan Lisa yang hendak mengusap pipinya lagi. “Terima kasih sudah berada di sampingku saat aku kesakitan semalam.”
“Tentu saja, Jennie. Tidak masalah.” Kata Lisa sambil tersenyum. “Mungkin sebentar lagi sarapanmu akan tiba.”
Jennie menghela nafas, benci mengisi sesuatu ke perutnya. Dia tidak berselera makan, tubuhnya tidak pernah mencerna dengan baik saat ini. Itulah mengapa dia sangat kurus sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
Fiksi Penggemar[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...