BAB 2

6.6K 604 13
                                    

Ayahnya sudah siap ketika Jennie keluar dari kamar mengenakan dress putih selutut dengan lengan pendek polos. Ayahnya mengenakan kemeja dan celana hitam panjang. Rambutnya di tata, dan Jennie seperti ayahnya menjadi 10 tahun lebih muda.

“Ya Tuhan, apakah itu kamu, ayah? Kau terlihat lebih muda dari umurmu.” Ujar Jennie memekik gembira melihat penampilan ayahnya.

“Nak, kau membuatku malu. Tapi Terima kasih. Anakku seperti biasa, sangat cantik.” Peter memuji putri satu-satunya itu. “Siap untuk pergi?”

“Ya Tuhan, tidak. Aku gugup sekali.” Jawab Jennie jujur. Karena meskipun dia memikirkan betapa sempurnanya kehidupannya nanti, memiliki ibu dan kakak yang sangat dia inginkan, tetap saja dia gugup dan khawatir.

“Mengapa? Apa yang kau pikirkan, sayang?” Tanya Peter penuh pengertian.

“Karena… entahlah. Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku?” Jennie berkata dengan sedih, pemikiran itu entah bagaimana membuat dia takut untuk bertemu dengan calon ibu dan kakak tirinya.

“Astaga, tidak mungkin. Ada orang yang tidak menyukaimu? Mustahil. Aku yakin, mereka berdua praktis mencintaimu, sayang.” Ujar Peter penuh keyakinan.

Apa yang bisa orang benci dari Jennie? Seratus persen Peter yakin tidak ada. Putrinya cantik. Faktanya, anaknya telah tumbuh menjadi gadis yang membuat banyak orang tertarik sehingga Peter seringkali menjadi ayah yang protektif. Untungnya, Jennie tidak tumbuh menjadi remaja pembangkang.

Sebaliknya, Jennie tidak banyak berteman. Dia juga hanya pernah kencan satu kali, itu pun tidak berlangsung lama. Dan, entahlah, Peter hanya merasa lega karena sampai sekarang, dia merasa berhasil mendidik putrinya dengan baik.

“Kau yakin itu?” Tanya Jennie pada ayahnya untuk memastikan.

“Tentu sayang. Ayo, kita pergi datangi mereka. Dan kita bisa tahu, seberapa yakinnya aku pada ucapanku sendiri. Aku yakin kau juga akan mencintai mereka.”

Jennie harap dia juga bisa mencintai ibu tiri dan calon kakaknya. Karena Jennie bisa melihat ayahnya sudah begitu yakin dengan pilihannya itu.

“Oke, kalau begitu, ayolah. Tidak ingin membuat calon istrimu menunggu kan?” Goda Jennie membuat pipi Peter memerah.

“Hentikan, Jennie.” Jawab ayahnya malu-malu. Jennie tertawa, puas karena dia berhasil menggoda sang ayah.

Mereka akhirnya pergi dengan keyakinan dalam diri masing-masing bahwa ini adalah langkah yang sangat tepat menuju kebahagiaan masa depan mereka.

**

Mia Mellisa, seperti namanya, wanita itu penuh keanggunan dan cantik. Jennie melihat mata yang lembut ketika mereka akhirnya bertemu. Mia menarik Jennie ke pelukannya, seolah mereka bukan dua orang asing yang baru saja bertemu.

Ketika Jennie mundur, Mia dan Peter saling berhadapan dengan senyum saling merekah. Mereka berpelukan, Peter memberi ciuman ringan di pipi Mia, yang membuat senyum mereka terbentang lebih lebar lagi.

Jennie baru melihat pemandangan itu, cara ayahnya memperlakukan seorang wanita selain dirinya secara spesial. Itu lucu, karena ayahnya tampak gugup saat memperlakukan seseorang dengan intim di depan dirinya.

“Dimana putrimu?” Tanya Peter pada Mia. Mereka akhirnya duduk di tempat duduk masing-masing.

Peter dan Jennie duduk berdampingan, Mia duduk di hadapan Peter sementara tempat duduk di samping Mia kosong, itu akan terisi oleh putri Mia.

“Oh, dia pergi ke toilet. Sebentar lagi juga kembali.” Ujar Mia lalu dia menatap Jennie. “Kau memiliki putri yang cantik, Peter.”

Pujian itu keluar dengan lembut, terdengar tulus hingga Jennie tersenyum menanggapinya. “Terima kasih… ummm, tante.” Jawab Jennie ragu-ragu dengan panggilan yang dia berikan.

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang