Perlu menunggu dua hari hingga bertemu dengan ayahnya, Jennie pada akhirnya menelepon.
Dan bertemu ayahnya lagi setelah cukup lama tidak bertemu. Peter mengundangnya ke rumah. Jennie tentu saja menyetujuinya.
Meskipun, Jennie pun cukup ragu untuk bertemu Peter di rumahnya, karena kehadiran Joan yang di khawatirkan akan mengatakan banyak hal terhadap dirinya.
Namun, Jennie tetap berhasil datang ke rumah Peter tepat waktu.
Peter memeluknya dengan penuh kelembutan begitu dia melihat kehadiran putrinya. Jennie tersenyum, memeluk Peter dan bersyukur dia belum melihat ibunya saat itu.
"Hai, nak," Sapa Peter, tersenyum lembut. Pelukan terurai, Peter menatap Jennie dengan penuh kasih sayang. "Kau tampak lebih sehat dari terakhir aku melihatmu."
Jennie semakin tersenyum. Dia juga menyadari bentuk tubuhnya yang dengan cepat kembali ke semula. Tidak berlebihan tapi juga tidak kurus. Dia menyukai bentuk tubuhnya yang sekarang.
"Terima kasih, ayah. Aku memastikan makan dan minum obat dengan baik sejak pulang dari Rumah Sakit." Jawab Jennie.
"Karena Lisa, kan?" Tanya Peter, nadanya terdengar menggoda.
"Karena Lisa." Ucap Jennie, tidak menyangkal.
Peter tertawa lalu kembali memeluk putrinya itu dan Jennie juga kembali melingkarkan tangan di sekitar tubuh ayahnya. Sosok yang sangat dia rindukan, selain Lisa.
"Ayo, nak, masuk. Aku sudah memasak untukmu." Ajak Peter sambil menarik lembut Jennie ke dalam rumahnya.
"Terima kasih."
Senyum Peter sedikit hilang karena sikap sungkan Jennie yang bersikap seperti tamu, bukan putri dari Peter. Namun, Peter tampaknya tidak ingin mengacaukan hari mereka dan kembali tersenyum.
Jennie gelisah, menyadari kesalahannya. Tapi, dia tidak bisa menahan diri mengingat bagaimana berantakannya keadaan rumah saat terakhir dia menginjakkan kaki di rumah ini.
"Jadi, bagaimana kabarmu? Kau sudah kembali ke kampus beberapa hari ini?" Tanya Peter.
Jennie mengangguk, bersyukur atas pertanyaan itu.
"Ya. Tapi, tidak ada yang bisa aku lakukan. Ayah, tahukah kau jika Irene ternyata tiba-tiba saja mengajar di kampusku?" Tanya Jennie, menoleh pada ayahnya yang mengerutkan kening.
"Mengajar?"
"Ya, piano, tepat di kelasku." Desah Jennie.
Mereka langsung pergi menuju meja makan. Peter memberikan kursi pada Jennie, memastikan Jennie duduk sebelum dia duduk di hadapannya.
"Kau tampak cukup kesal. Ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Peter, cemas.
"Sejujurnya, ya. Dia menyebalkan dan aku sangat kesal dengan sikapnya. Aku tidak bisa menahan diri jadi aku menamparnya." Jelas Jennie.
"Oh, ya ampun." Peter menatap Jennie semakin cemas. "Kau tidak mendapatkan masalah kan?"
"Tidak. Lagipula kalaupun aku mendapatkan masalah, itu tidak masalah karena aku akan pergi."
Peter mengangguk, tanda setuju. Mereka memulai makan mereka dengan tenang dan Jennie sejujurnya bertanya-tanya dimana Joan berada.
Apakah Joan sengaja pergi karena wanita itu tahu Jennie akan berkunjung? Jennie harap seperti itu.
Karena, Jennie tidak terlalu suka berhadapan dengan Joan.
"Tentang itu, apakah Lisa sudah mengatakan sesuatu tentang kepindahanmu?" Tanya Peter.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
Fiksi Penggemar[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...