Seseorang meraih pundaknya dari belakang dan Lisa menoleh. Peter mendekatinya lalu berdiri di samping Lisa yang baru saja selesai memesan kopinya.
“Apa yang baru saja terjadi pada putriku? Aku pikir, kau tidak jadi pergi.” Kata Peter sambil mengerutkan keningnya.
“Lalu siapa aku? Bukan Lisa?” Tunjuk Lisa pada dirinya sendiri.
Peter mencibir candaan Lisa yang tidak lucu. Seorang pelayan muncul dan menanyakan apa yang pria itu inginkan dan dia memesan kopi, sama seperti Lisa.
“Lalu kenapa Jennie terus saja bergumam kau akan pergi padahal dia tahu penerbanganmu sudah berlalu?” Tanya Peter, mengerutkan kening.
Pria itu tidak terlalu menyukai Jennie yang masih saja sedih saat ini. Rupanya, Jennie masih memikirkan tentang Lisa yang akan pergi.
“Aku baru saja di telepon oleh bosku pagi ini. Dia menanyakan kapan aku kembali karena yah... suasana di kantor agak berantakan.”
Pesanan Peter selesai dengan cepat. Peter mengambilnya. Mereka berdua pergi dari cafetaria, berjalan dengan tenang.
“Mungkin Jennie mendengar pembicaraan teleponmu.” Kata Peter.
“Konyol sekali. Aku mencoba untuk bicara dengannya tadi tapi dia bilang, dia tidak mau membicarakannya.”
Jujur saja, Lisa agak kecewa karena dia merasa Jennie menolaknya. Padahal mengingat Jennie yang tidak pernah bisa mencium sembarangan orang, Lisa agak berharap percakapan berjalan dengan lancar.
“Dia takut kau membicarakan tentang kepergianmu.” Kata Peter sambil menghela nafas.
“Aku mengerti dan memang begitu.” Kata Lisa. Kepala Peter menoleh padanya. “Maksudku, aku memang akan pergi dan perlu membicarakan beberapa hal dengannya.”
“Dengan Mia dan calon anaknya yang pergi pada hari yang sama, pasti sulit menerima seseorang pergi dari hidupnya lagi. Meskipun dalam konteks yang berbeda, tetap saja.” Peter menyesap kopinya, tatapannya melayang ke depan.
“Itu juga tidak pernah mudah untukku.” Kata Lisa. “Aku juga kehilangan keduanya, kalau kau lupa.”
“Aku tahu.” Peter tersenyum pahit.
Itu tidak pernah mudah, selalu sulit kehilangan seseorang yang di sayanginya. Apalagi seorang ibu. Meskipun pada dasarnya, Mia bukanlah ibu kandungnya namun tetap saja.
Mia mengurusnya sejak bayi, membesarkannya hingga Lisa tidak kehilangan kasih sayang.
Sekarang, tidak ada lagi yang menyambutnya dan memeluknya dengan perasaan tulus seorang ibu. Lisa berusaha kuat, meskipun dia sering kali merindukan ibunya itu.
“Apa kau khawatir aku akan mengajak Jennie pergi ke New York?” Tanya Lisa, menoleh pada Peter.
“Menurutku... sedikit?” Peter berkata dan Lisa tetap menatapnya dengan tegas membuat Peter menghela nafas kasar. “Dengar, Lisa, bukan berarti aku tidak memeprcayaimu.”
“Aku mengerti, Peter. Aku menyadari betapa kuatnya ikatanmu dengan Jennie.” Kata Lisa.
“Ya, tapi aku dan Jennie benar-benar hanya berdua sejak... kau tahu? Kekhawatiran itu ada, tentu saja. Aku tahu putriku sudah tumbuh dewasa. Kupikir, aku harus membiasakan diri untuk hidup tanpanya, ya?”
Lisa menepuk pundak Peter. Dia mengakui, dia mencintai Jennie. Dia masih sangat mencintai Jennie.
Tapi dia tidak sejahat itu memisahkan Peter dengan Jennie, tahu?
“Aku tidak akan membawa Jennie pergi kemana pun.” Kata Lisa.
“Tidak mungkin.” Peter terkejut. Tatapan lelahnya menatap Lisa dengan heran. “Tapi kenapa? Kupikir, kau menginginkannya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
Fanfic[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...