Lisa menyelinap keluar dari ruang inap Jennie begitu gadis itu tertidur pulas. Beberapa jam terakhir sangat emosional bagi mereka berdua. Terutama, Jennie yang tidak bisa berhenti menangis.
Terkejut, Lisa sedikit melebarkan mata saat melihat Irene berada di kursi tunggu. Mencoba untuk mengabaikan, Lisa pun berjalan menuju lift.
Lagipula, dia perlu sesuatu untuk menenangkan pikirannya. Belum lagi, penerbangannya tersisa 3 jam lagi. Dia harusnya kembali ke rumah, membawa kopernya dan berangkat satu jam lagi.
“Lisa, tunggu!” Irene berlari, mengikutinya ketika Lisa hendak masuk lift.
Lisa menghela nafas sebelum menoleh, memberi pandangan bertanya pada wanita itu.
“Aku ingin bicara denganmu. Boleh kan?” Tanya Irene saat dia berdiri di samping Lisa.
Meski penasaran, Lisa enggan bertanya tentang apa. Dia hanya mengangguk lalu membuka lift. Irene mengikuti saat Lisa melangkah masuk ke dalam lift.
Syukurlah Irene mengerti. Jadi, dia tidak perlu repot bicara kepada wanita itu, pikir Lisa.
Tiba di lobi, Lisa berjalan menuju cafetaria. Dia membutuhkan kopi yang kuat untuk menenangkan dirinya. Irene tetap di sampingnya, berdiri agak canggung sambil menggigit bibir bawahnya.
“Pesan sesuatu. Aku yang bayar.” Kata Lisa, akhirnya berbicara.
Irene juga memesan kopi. Mereka memilih duduk di sudut cafetaria. Berhadapan dengan Irene agak aneh bagi Lisa. Mata Lisa tidak henti menatap Irene, menelusuri setiap inci wajahnya, berhenti tepat di depan bibir wanita itu.
Bibir itulah yang sudah dengan berani mencium mantan pacarnya, mencari kesempatan saat Jennie sedang sakit, disaat tidak ada siapapun orang di ruangan itu.
“Apakah kau akan kembali?” Tanya Irene, nafasnya tampak tercekat. “Untuk Jennie?”
Lisa menyesap cangkir kopinya. Pembicaraan ini tidak akan mudah. Lisa tahu itu. Dia bersyukur, dia memesan kopi dengan rasa yang kuat.
“Kau khawatir?” Tanya Lisa. “Aku punya penerbangan 3 jam lagi. Aku kembali ke New York hari ini.”
Saat Lisa memberitahunya, mata Irene membelalak. Lisa tidak yakin apakah Irene suka atau tidak dengan informasi itu.
Mungkin dia menyukainya. Lagipula, dialah yang mencium Jennie. Jelas maksudnya, bahwa Irene ingin Jennie menjadi miliknya, pikir Lisa. Sekali lagi, dia memperhatikan raut wajah Irene dengan seksama.
“Jadi, kau tidak akan kembali untuk Jennie?” Tanya Irene.
“Menurutmu, mengapa kau berpikir begitu?” Tanya balik Lisa.
Irene tergagap, mengalihkan pandangan ke sekitar dan menghela nafas berat seolah pertanyaan tersebut terlalu sulit di jawab.
“Karena... Peter benar-benar menyesal dan dia bersedia melakukan apa saja agar kau kembali.” Kata Irene, kembali menoleh.
Ada kesedihan di matanya. Lisa yakin semua itu membuat Irene patah semangat. Lisa menegakkan tubuh, kembali meminum kopinya dengan perlahan.
“Bukan berarti itu membuatku akan kembali pada Jennie.” Kata Lisa.
Saat kata-kata itu terucap, ada sesuatu yang pahit di lidahnya dan jelas itu bukan kopi. Ada rasa mual, seolah Lisa ingin memuntahkan kembali kata-kata itu.
Seolah dia tidak bermaksud berkata demikian.
Atau, apakah memang begitu? Apakah dia sungguh ingin menetap di sini dan bersama Jennie? Menata kehidupan mereka yang berantakan? Lisa tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️
أدب الهواة[21++] "𝙺𝙰𝙼𝚄 𝙰𝙳𝙰𝙻𝙰𝙷 𝙺𝙴𝙸𝙽𝙳𝙰𝙷𝙰𝙽 𝙳𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙱𝚄𝙰𝙷 𝙳𝙾𝚂𝙰. 𝙳𝙰𝙽 𝙹𝙸𝙺𝙰 𝙼𝙴𝙽𝙲𝙸𝙽𝚃𝙰𝙸𝙼𝚄 𝙼𝙴𝙼𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚂𝙰, 𝙰𝙺𝚄 𝚂𝙸𝙰𝙿 𝙼𝙴𝙽𝙰𝙽𝙶𝙶𝚄𝙽𝙶 𝙿𝙴𝙳𝙸𝙷𝙽𝚈𝙰 𝚂𝙸𝙺𝚂𝙰𝙰𝙽 𝙸𝚃𝚄 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙱𝙴𝚁𝚂�...