Jangan lupa tinggalkan vote dan komen yaa<3
Happy Reading 💐
☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎
05. Berinteraksi"Jayden."
Dahi Jayden mengernyit saat telinga mendengar gadis yang tak ia ketahui namanya itu menyebut namanya.
"Kau tau namaku? Apa kita saling mengenal?" tanya Jayden menyadarkan Azura dari lamunannya.
Azura menggeleng kaku, ia menggaruk tenguknya yang mendadak gatal. "Ke-kebetulan kita satu kampus, aku mengenalmu karena teman-temanku sering membicarakanmu.
Jayden hanya mangut-mangut mendengar nya, sementara Azura bingung harus mengatakan apa lagi.
Ia berdehem pelan, "Ngomong-ngomong mobilmu kenapa?
Jayden melirik sekilas pada Azura sebelum pria itu kembali menatap layar ponselnya. "Ban bocor, dan aku lupa membawa ban cadangan."
Mematikan ponselnya, Jayden melirik Azura kembali. "Apa di sekitar sini ada bengkel?"
"Oh bengkel ya? Ada tapi lumayan jauh dari sini." Jawab Azura sedikit linglung karena ditatap intens oleh pria itu.
"Bisakah kau mengantarkan ku ke sana?" pinta Jayden.
Azura mengernyit, "Anter pake apa?" tanya nya dengan raut polos.
Jari telunjuk Jayden menunjuk motor nya, "Dengan motormu. Kalau aku menunggu orang suruhan ku, akan terlalu lama."
Azura menggaruk pelipisnya tak gatal, ia tersenyum canggung. "Bukannya aku tidak mau mengantarmu, tapi aku memiliki sedikit trauma membonceng seseorang."
Jayden terdiam sejenak mendengar itu, seperti gadis itu tak berbohong. "Kalau begitu biarkan aku yang membawanya."
Azura mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum ia tersadar dan turun dari motornya membiarkan Jayden yang mengendarainya.
Setelah itu Azura menaiki motornya dengan pelan di belakang, ia sedikit mundur kebelakang untuk menjaga jarak.
"Kau tunjukkan jalannya," ujar Jayden.
Menyalakan mesin motornya, Azura memajukan sedikit kepalanya agar Jayden mendengar suaranya dari belakang.
Beberapa menit kemudian mereka sampai tukang bengkel, Azura turun dari motornya tak lama Jayden juga turun.
Azura duduk di atas jok motornya sembari menunggu Jayden yang sedang mengobrol dengan pemilik bengkel.
Ia melirik jam tangannya, sudah pukul 20:56. Sudah hampir jam 9 malam, dan perutnya sudah terasa lapar. Azura dapat menebak jika masi goreng yang ia beli pasti sudah mulai dingin.
Azura mendongakkan kepalanya saat melihat sepatu Jayden berdiri di depannya. "Udah?"
Jayden mengangguk, "Mana ban nya? Kok nggak dibawa?"
Jayden menyentil pelan kening gadis itu, gadis di depan ny ini benar-benar aneh. "Tak mungkin aku membawa ban nya ke motormu bukan?"
Azura meringis sembari mengusap keningnya, bibirnya mencebik kesal. "Awss! Sakit heh!"
Jayden yang mendengar ringisan gadis itu jadi merasa bersalah, padahal ia rasa tadi menyentil nya dengan pelan.
Tangannya terulur untuk mengusap kening gadis di depannya, "Maaf, apakah masih sakit?" Sementara itu Azura mematung mendapat perlakuan seperti itu.
Padahal ia hanya bercanda, sebenarnya sentilan Jayden tidak terlalu sakit untuknya. Azura mendongak dan menatap mata Jayden yang menatapnya sayu, melihat tatapan itu Azura kembali teringat dengan tatapan putus asa Jayden saat pria itu dinyatakan tuli.
"Permisi Mas, Mbak, ini mau dibawa kemana ban nya."
Mendengar perkataan itu Azura tersadar dari lamunannya, dengan gerakan kaku Azura menepis tangan Jayden dari keningnya dan mendorong pelan tubuh lelaki itu.
"S-sudah tidak sakit, ayo kita pergi," ujarnya kaku.
Jayden hanya diam dengan pikiran yang berkecamuk saat gadis itu menepis tangannya dan mendorongnya. Apakah gadis itu marah? Bahkan gadis itu tidak menatapnya.
Tanpa mengatakan apa pun lagi Jayden menaiki kembali motor Azura dan memandu jalan pemilik bengkel yang sedang membawa bannya dengan menggunakan motor menuju tempat mobilnya berada.
Setelah sampai di sana, pemilik bengkel itu langsung mengganti ban mobil Jayden, sementara kedua orang berjenis kelamin berbeda itu hanya diam memperhatikan.
Hampir sepuluh menit lamanya mereka menunggu mobil nya selesai di perbaiki dan akhirnya selesai juga. Jayden langsung membayar pemilik bengkel itu setelah sang pemilik bengkel pergi dari sana meninggalkan kedua nya.
Saat hendak membuka pintu mobil, Jayden teringat sesuatu. Ia membalikkan badannya dan menatap gadis yang sudah menolong itu sedang memakai helm ungu mudanya.
"Terima kasih." Azura menolehkan kepalanya saat mendengar itu, ia merasa dejavu mendengar kata terima kasih itu.
Dan senyuman itu, untuk kedua kalinya Azura melihatnya. Tiba-tiba hatinya terasa sesak saat melihat senyuman itu, senyuman yang Jayden tunjukkan saat terakhir kali sebelum akhirnya pria itu bunuh diri.
Melihat gadis itu hanya diam saja, Jayden mendatarkan wajahnya kembali. "Apa kau masih marah karena tadi?" tanyanya.
Azura segera tersadar dan tersenyum kaku, "Tidak! Aku tidak marah," ucap Azura.
Azura mulai menaiki motornya dan menyalakan mesin motornya, "Aku duluan ya, bye," ucap Azura dan langsung pergi dari sana tanpa menunggu jawaban dari Jayden.
Jayden hanya diam melihat kepergian gadis yang tak ia ketahui siapa namanya. Sial! Ia lupa menanyakan nama gadis itu, padahal gadis itu tau namanya bukan?
Jayden mengedikkan bahunya acuh, ia teringat perkataan gadis itu sebelumnya. Gadis itu bilang mereka satu kampus bukan, kalau begitu ia akan mencari gadis itu besok untuk sekedar meminta maaf lagi dan memberinya hadiah karena sudah menolongnya.
☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎
To Be Continued
⭐+💬👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread of Destiny [END]
Fantasy[ FANFICTION : TIME TRAVEL SERIES ] ☠️ WARNING TYPO BERTEBARAN Azura Gabriella, seorang psikiater yang mengalami kecelakaan ketika sedang pulang menuju rumahnya. Tanpa Azura sangka, dirinya kembali ke 6 tahun yang lalu saat dirinya masih kuliah. Sa...