[00:18]

7.3K 480 22
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote and komen (◠‿◕)

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

18. Putus asa?

“Masih berani kamu nampakin kaki di rumah ini, hah!?” gertak seorang pria paruh baya melihat kedatangan seseorang di rumahnya.

“Pah, sudah. Jangan terlalu kasar sama anak sendiri,” ucap seorang wanita tua yang tak lain adalah istrinya.

Wanita tua itu perlahan mendekat ke arah anaknya yang sudah lama tidak datang ke rumahnya sejak dua tahun yang lalu.

“Mama senang kamu pulang, Jayden.” Wanita itu memeluk tubuh anaknya yang  sangat ia rindukan.

Sementara Jayden masih terdiam di tempatnya, rasanya sudah lama sekali ia mendapat pelukan yang hangat ini. Perlahan tangannya membalas pelukan ibunya.

Hanya beberapa detik saja, Jayden melerai pelukan itu. Meskipun umurnya tidak muda lagi, wajah ibunya masih terlihat cantik seperti dulu. Ibu jari Jayden terulur mengusap sudut mata ibunya yang berair.

“Katakan, apa maksud kedatangan mu kemari.” Jayden mengalihkan pandangannya menatap sang ayah

Ia berjalan mendekat ke arah sang ayah. Menatap raut wajah datar ayahnya yang kini menatapnya tajam, tapi tatapan itu tak mampu membuat goyah sedikit pun.

“Kedatangan saya kemari hanya ingin meminta restu kalian,” ucap Jayden tegas.

Louid Abraham, ayah dari Jayden Louis Abraham. Seorang CEO sekaligus pebisnis terkenal dan terpandang di dalam negeri maupun luar negeri.

Abrahams Company, salah satu perusahaan terbesar yang bergerak di bidang retail yang mengoperasikan sejumlah toko, supercenter hingga platform online, yang menjual berbagai macam jenis mulai dari pakaian, perlengkapan rumah tangga, obat-obatan, perhiasan, buku, makanan dan minuman hingga peralatan otomotif.

Perusahaan induk Abrahams Company terletak di New York City, Amerika Serikat. Dan memiliki beberapa cabang yang tersebar di pulau Eropa dan Asia termasuk Indonesia.

Alis Louid naik satu, “Restu apa maksudmu?”

Jayden memberikan sebuah kertas yang ia bawa pada papanya, Louid melirik sekilas kertas itu. Namun, tak urung ia mengambilnya.

“Restui saya untuk mengikuti kompetisi itu, bagaimanapun juga kalian tetap orang tua saya. Dan restu dari kalian berharga bagi saya,” ucap Jayden.

Mendengar ucapan panjang dari anaknya, Louid menggeram marah, urat-urat di leher pria tua itu terlihat jelas. Louis meremas keras itu dan melemparnya pada Jayden.

Lauren, ibu Jayden terkejut melihat suaminya yang terlihat marah pada anaknya.

Cih! Bermimpi lah. Saya tidak sudi memberi restu untukmu.”

“Kau pikir dengan mengikuti kompetisi tidak berguna itu akan membuat sukses!?” kecam Louid. “Tidak akan! Tidak berguna, membuang waktu-waktu saja.”

Thread of Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang