[00:44]

5.4K 420 22
                                    

Tandai kalo ada typo

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎


44. Langkah Awal

Sore hari, Azura diminta keluarga Addison untuk pergi ke rumah Tuan Edward karena pria itu mengamuk di kamarnya. Azura yang baru sampai di kediaman Tuan Edward pun memarkirkan mobilnya di sana.

Dengan cepat Azura berjalan menuju pintu masuk, di sana ia di sambut oleh pembantu kediaman Tuan Edward.

“Selamat sore, Nona. Saya Nara, kepala pelayan di sini.”

“Sore Bi, saya Azura.”

“Bibi, sudah dapat kabar dari Tuan Helga kalau Nona perawat baru Tuan Edward.”

“Iya Bi, dan saya disuruh kesini karena Tuan Edward mengamuk, apa dia masih mengamuk juga?”

Bi Nara menggeleng, “Sepertinya sudah tidak Non, tapi lebih baik Non Azura cek sendiri saja."

Azura mengangguk menyetujui perkataan bi Nara, “Boleh antarkan saya ke kamarnya, Bi?”

Bi Nara mengangguk, wanita paruh baya itu menuntun Azura menuju kamar Tuannya. Sementara Azura mengekor dari belakang sambil melihat sekitarnya.

“Nah, ini Non kamar Tuan.” Tunjuk bi Nara pada pintu coklat di depannya.

“Makasih ya, Bi. Saya izin masuk ke dalam.”

Azura melangkah masuk ke dalam dengan hati-hati, ia melihat di dalam kamar itu ada beberapa barang yang terlihat berantakan. Mungkin belum sempat dibereskan oleh pembantu di sini.

Azura menoleh ke arah jendela besar di mana Tuan Edward sedang duduk di kursi goyang dengan tenangnya sambil melihat ke arah luar. Azura berjalan perlahan menuju Tuan Edward.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia bertemu dengan Edward, ayah Eliza. Dan ini adalah pertemuan kedua kalinya Azura malah bertemu dengan Edward saat kondisi pria itu seperti ini.

Saat di hadapan pria itu Azura menyapanya dan memperkenalkan dirinya sebagai perawat pribadi barunya. Bisa Azura lihat raut wajah terkejut yang ditunjukkan Edward padanya.

“Kau!?” ucapnya terkejut, Edward bangkit dari tempatnya. Dengan langkah tertatih ia berjalan menuju Azura.

Edward berdiri di hadapan gadis itu dengan mata berkaca-kaca, rasa bersalah yang menghantuinya selama ini meluap begitu saja di hadapan gadis itu.

Meskipun umurnya tidak lagi muda, Edward tentu masih mengingat siapa gadis di hadapannya ini.

Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya langsung meluncur bebas saat itu juga, Azura yang melihat Tuan Edward menangis pun terpaku sejenak.

“Tu–“

Ucapan Azura terhenti saat melihat Edward berlutut di depannya sambil mengucapkan kata maaf berulang kali.

“Maaf, maafkan aku,” isaknya kecil.

“Tuan, apa yang kau lakukan!?” paniknya. Azura yang merasa tak enak pun berjongkok lalu memapah Edward untuk berdiri.

Menuntun Edward agar kembali duduk di kursinya, Azura ikut duduk di sebelah Edward yang terlihat rapuh. Sebesar itukah rasa kehilangan Edward atas kepergian putrinya?

“Nak, maafkan aku yang pernah memisahkan hubungan kalian dulu, aku benar-benar merasa bersahabat atas tindakan bodohku waktu itu.”

Azura mengernyit tak mengerti ucapan Edward barusan, apa pria itu sedang melantur? Dan kenapa Edward meminta maaf padanya, padahal seingatnya pria itu tak melakukan kesalahan apa pun padanya.

“Tuan, Anda tidak perlu meminta maaf, saya sudah memaafkan Anda,” final Azura.

“Aku benar-benar menyesal, tidak seharusnya aku melakukan itu hanya karena keinginan putriku. Mungkin yang terjadi padaku sekarang adalah karma dari perbuatanku yang pernah mencoba memisahkan kalian.”

“Kau tau, sejak saat itu, Jayden menjadi pribadi yang berbeda, bahkan setiap dia menatapku ada tatapan kebencian di matanya.” Azura hanya diam mendengarkan perkataan Edward, ia mengira Edward mengatakan itu hanya karena sedang melantur.

“Aku bersyukur kau ada di sini, setidaknya rasa bersalah yang menghantuiku sudah menghilang,” ucap Edward.

Azura hanya tersenyum sebagai respon, ia memang pundak Edward. “Sebaiknya Anda beristirahat Tuan, Anda terlihat lelah.”

Edward hanya mengangguk menuruti, lagi pula dirinya memang lelah sekarang. Ia butuh tidur untuk beristirahat.

Setelah memastikan Edward beristirahat, Azura keluar dari kamar pria itu dan menutup pintunya dengan perlahan. Saat membalikkan badannya Azura tersentak kaget melihat sosok yang kini berdiri di hadapannya.

“Kau? Sedang apa di sini?” ujar Azura terkejut melihat kehadiran Jayden di sini.

Sementara Jayden tak langsung menjawab pertanyaan gadis di depannya itu, ia menatap gadis itu dengan tatapan datarnya.

Benar dugaannya jika Azura yang dimaksud bi Nara tadi adalah Azura yang ia kenal. Jayden berdeham kecil, “Jadi kau perawat Tuan Edward yang baru?”

Azura hanya mengangguk, “Iya memang kenapa?”

“Tidak papa, aku hanya bertanya.”

Dalam hati Jayden bersorak senang, ini kesempatan bagus untuknya. Ia akan sering mampir menjenguk Edward sekalian menjalankan rencananya untuk mendekati gadis itu. Jayden tak ingin menunda-nunda lagi, sudah cukup selama 6 tahun ini.

“Kalau kau kesulitan mengurusnya kau bisa meminta bantuan ku.”

Azura mengernyit, “Meminta bantuanmu? Tidak salah?”

“Iya, memang kenapa kalau meminta bantuan padaku?”

“Hanya aneh saja, bagaimanapun kau ini seorang bintang besar, sudah pasti kau memiliki kesibukan sendiri, tapi kau malah ingin membantuku?” tanya Azura.

“Kalau untuk membantumu, tidak ada kata sibuk bagiku, Azura.”

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

To Be Continued

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thread of Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang